Oleh: Nurfizal
Anak adalah aset yang sangat berharga bagi kedua orang tuanya. Bagaimana tidak salah satu amal yang tidak terputus ketika seseorang meninggal adalah anak yang sholeh yang selalu mendoakan ampunan bagi kedua orang tuanya di alam barzah. Hal ini sebagaimana sabda Rasulullah SAW yang diriwayatkan dari Abu Hurairah RA yang artinya “Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara (yaitu): sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, atau doa anak yang sholeh” (HR. Muslim no. 1631). Sungguh sangat besar mafaat yang diperoleh oleh orang tua yang meninggalkan anak yang sholeh setelah mereka meninggal dunia dan sungguh sangat merugi orang tua yang lalai dalam mendidik anaknya sedari kecil sehingga meniggalkan anak yang tidak berkembang dengan baik sesuai dengan tuntunan agama.
Orang tua, khususnya ibu adalah madrasah pertama bagi anak -anaknya (al-ummu madrasah al–ula) karena seorang ibulah yang selalu bersama anak-anaknya di rumah, menjadi guru yang baik bagi anak-anaknya, menanamkan norma dan etika kebaikan, serta menjadi figure teladan bagi seorang anak, karenanya seorang ibu harus mampu mengarahkan, membimbing, dan mengembangkan fitrah dan potensi anak secara maksimal sehingga anak akan tumbuh dan berkembang dengan karakter yang positif sesuai yang diharapkan. Demikian pula seorang ayah harus mampu menjadi teladan yang baik bagi keluarganya, penuh kasih sayang dan perhatian kepada istri dan anak-anaknya serta selalu memeuhi segala kebutuhan mereka.
Peran Orang Tua
Sudah semestinya para orang tua memiliki perhatian khusus terhadap pendidikan anak-anaknya agar anaknya kelak menjadi pribadi yang sholeh, berbakti kepada kedua orang tua, serta bermanfaat bagi lingkungannya, bangsa dan agama. Orang tua harus menyadari bahwa mereka adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anaknya, baik pendidikan duniawi terlebih lagi pendidikan ukhrawi untuk keselamatan di akhirat nanti.
Kenapa para orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap Pendidikan anak-anaknya? Hal ini sebagaimana firman Allah SWT dalam QS. At-Tahrim [66]: 6) Yang artinya: “Hai orang-orang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka……” Apa maksud menjaga keluarga dari api neraka? Ali bin Abi Thalib RA berkata “maknanya ajarkan dan didiklah mereka” (Al-Jami fi Ahkam wa Adabis Shibyan, hal. 13). Sehingga yang dimaksud dengan menjaga keluarga dari api neraka adalah dengan mendidik dan mengajarkan mereka mengenai syariat Islam, hingga mereka mengetahui hal-hal apa saja yang menyelamatkan seseorang dari siksa api neraka. Ini berarti orang tua adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap pendidikan anak-anak mereka, bukan orang lain atau lembaga pendidikan seperti sekolah dan pesantren yang hanya mengambil porsi sebagian saja dalam hal ini. Sehingga ketika orang tua memasukan anaknya ke lembaga pendidikan, baik pasantren atau sekolah, maka tidaklah serta merta tanggung jawab itu beralih, para orang tua tetap bertanggung jawab dan lembaga pendidikan tersebut akan membantu mereka dalam melaksanakan tugas yang sangat mulia ini. Selain itu orang tua juga bertanggung jawab terhadap pendidikan anaknya. Hal ini sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW “Sungguh, setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian diminta pertanggung jawaban atas apa yang ia pimpin, seorang penguasa adalah pemimpin dan akan diminta pertanggung jawaban atas rakyatnya, seorang lelaki pemimpin atas penghuni rumahnya dan diminta pertanggung jawaban atas mereka, dan wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya dan anak-anaknya”.
Orang tua Sebagai Guru
Orang tua bisa menjadi guru terbaik bagi anak-anaknya karena pengaruh orang tua sangatlah besar, bahkan dalam hal-hal yang secara tidak langsung, misalnya keshalihan mereka akan sangat mempengaruhi keshalihan anak-anaknya. Demikian pula orang tua itu bisa jadi guru dalam banyak hal, bahkan tanpa batas, menjadi guru bagi anak-anaknya bagaimana dia makan, bagaimana dia tidur, bagaimana dia beribadah, bagaimana dia masuk kamar mandi, bagaimana dia bergaul bersama yang lainnya dan seterusnya. Tidak seperti guru di sekolah hanya bisa menjadi contoh dalam perkara-perkara yang sangat terbatas dikarenakan waktu yang lebih banyak seorang anak adalah bersama orang tua di rumah. Jika orang tua adalah orang yang sholeh niscaya Allah akan menjaga anak-anaknya dari segala marabahaya dan segala kerusakan yang tidak diharapkan terjadi oleh orang tua. Jadi keshalihan orang tua menjadi kebaikan bagi anak-anak mereka.
Jika kita benar-benar menjadi guru yang baik bagi anak-anak niscaya pengaruhnya jauh akan lebih besar daripada guru-guru mereka yang ada di sekolah, maka orang tua pun harus belajar bagaimana mendidik anak-anaknya agar menjadi anak yang sholeh dan yang lebih penting adalah jadilah orang tua yang sholeh sehingga Insyaa Allah akan lahir anak-anak yang sholeh hasil didikan dari keluarga yang sholeh. Semoga semua anak kita menjadi generasi yang tidak hanya cerdas dalam pengetahuan namun juga berkarakter mulia. Aamiin ya robbal ‘alamin
Penulis adalah guru informatika di Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe.