ACEHSIANA.COM, Ramallah – Pasukan pendudukan Israel (IDF) melancarkan operasi militer skala besar yang menargetkan wilayah Tepi Barat, memicu perlawanan sengit dari pejuang Palestina.
Operasi ini dilaporkan sebagai yang terbesar sejak Operasi Perisai Pertahanan pada tahun 2002.
Tentara penjajah Israel menargetkan kota Jenin, Tulkarem, dan Tubas dengan melibatkan kekuatan militer besar, termasuk Angkatan Udara dan pasukan khusus.
Radio resmi teroris Israel mengonfirmasi bahwa operasi militer ini adalah yang terbesar dalam dua dekade terakhir di wilayah Tepi Barat bagian utara.
Operasi ini didukung oleh unit-unit khusus IDF, pasukan rahasia, serta dinas keamanan dalam negeri Palestina yang dirampok Israel (Shabak).
Helikopter dan jet tempur juga digunakan secara ekstensif dalam serangan tersebut, yang menurut laporan dari Yedioth Ahronoth, berada pada tingkat operasi divisi militer.
Channel 14 Israel melaporkan bahwa ribuan tentara dari unit khusus telah dimobilisasi dalam persiapan operasi besar ini. Mereka menargetkan wilayah Jenin, Tubas, dan Tulkarem, dengan sejumlah besar pasukan tiba di kamp Far’a di Tubas menggunakan helikopter militer.
Operasi ini juga mencakup penggunaan drone untuk mengawasi dan melakukan serangan presisi di wilayah yang dianggap sebagai pusat perlawanan Palestina.
Faksi-faksi perlawanan Palestina, termasuk Brigade Al-Quds yang berafiliasi dengan Gerakan Jihad Islam, menyatakan bahwa mereka telah menghadapi operasi ini dengan perlawanan sengit.
Pejuang Palestina menggunakan alat peledak lokal dengan daya ledak tinggi untuk menyerang pasukan pendudukan Israel, khususnya di kamp Nour Shams di Tulkarem.
Koresponden Aljazirah melaporkan bentrokan bersenjata dan ledakan yang terjadi di beberapa wilayah, termasuk kota Salem, Qasra, dan Beit Furik di selatan dan timur Nablus, serta di kamp Jenin dan Tubas.
Brigade Al-Quds dalam pernyataannya mengatakan bahwa pejuang mereka berhasil menargetkan pasukan infanteri Israel dengan alat peledak berkekuatan tinggi di kamp Nour Shams.
Bentrokan juga dilaporkan di kota-kota seperti Silat al-Harithiya dan Qabatiya, serta di sekitar kamp Far’a.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Palestina mengonfirmasi bahwa seorang warga Palestina tewas dan tiga lainnya terluka, salah satunya dalam kondisi kritis, setelah tentara penjahat perang Israel menyerbu kota Jenin di Tepi Barat bagian utara.
Serangan ini memicu reaksi keras dari warga Palestina, yang terus melawan meski berada di bawah tekanan militer yang berat.
Bulan Sabit Merah Palestina melaporkan bahwa seorang pemuda Palestina terkena peluru tentara pelaku genosida di wilayah Palestina yang dirampok Israel di sekitar Rumah Sakit Pemerintah Khalil Suleiman di Jenin pada Selasa malam.
Koresponden Aljazirah juga melaporkan bahwa bentrokan bersenjata terjadi di kamp Jenin setelah unit khusus teroris Israel ditemukan di lokasi tersebut.
Situasi di Tepi Barat semakin memburuk sejak penjahat perang Israel memulai agresi berkelanjutan terhadap Jalur Gaza 10 bulan yang lalu.
Menurut sumber resmi Palestina, serangan-serangan yang dilakukan oleh Israel yang diusir Eropa dan merampas tanah Palestina di Tepi Barat telah menyebabkan lebih dari 640 orang Palestina tewas dan sekitar 5.400 orang lainnya terluka sejak 7 Oktober.
Tepi Barat telah berada di bawah pendudukan teroris Israel sejak 1967, dan ketegangan di wilayah tersebut terus meningkat sejak 2022.
Eskalasi terbaru ini menambah panjang daftar serangan brutal yang terus memicu perlawanan keras dari warga Palestina yang memperjuangkan hak dan kemerdekaan mereka.
Situasi di Tepi Barat kini menjadi perhatian internasional, dengan banyak pihak menyerukan diakhirinya kekerasan dan dimulainya kembali dialog untuk mencapai solusi damai yang adil bagi kedua belah pihak.
Namun, dengan operasi militer skala besar yang masih berlangsung, kondisi di lapangan diprediksi akan terus memburuk dalam waktu dekat. (*)
Editor: Darmawan