Leading News For Education For Aceh
IndeksRedaksi

Nadiem Klaim Asesmen Nasional Sukses Ukur Iklim Keamanan Pendidikan

Asesmen Nasional, 50% Siswa Belum Capai Kompetensi Literasi

ACEHSIANA.COM, Jakarta – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem Anwar Makarim mengklaim bahwa Asesmen Nasional (AN) yang sukses mengukur iklim keamanan dan kebhinekaan pendidikan. Hal itu disampaikan Nadiem saat peluncuran RAN Pijar pada Selasa (19/4) di Jakarta.

Menurut Nadiem, hasil AN yang baru saja dilaksanakan, Kemendikbudristek mendapatkan data perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi di setiap sekolah.

“Hasil analisis AN isu seperti perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi mulai dibuka datanya ada per sekolah. Dari situlah kita akan memulai (perbaikan),” ujar Nadiem.

Dikatakan Nadiem bahwa AN berhasil melakukan pengukuran iklim keamanan dan kebhinekaan untuk pertama kalinya dalam sejarah. Mulai dari hasil itu, lanjut Nadiem, akan ada langkah permulaan dari perubahan karena kalau tidak bisa diukur, maka isu-isu itu tidak bisa perbaiki.

“Terima kasih sekali lagi kepada Kemenko PMK yang telah mengoordinasi dan juga memberikan target-target yang spesifik untuk bisa mencapai kesejahteraan daripada anak-anak umur sekolah dan remaja,” ungkap Nadiem.

Menteri Koordinator bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy, resmi mengeluarkan Permenko PMK No. 1 Tahun 2022 tentang Rencana Aksi Nasional Peningkatan Kesejahteraan Anak Usia Sekolah dan Remaja (RAN Pijar). Muhadjir mengungkapkan ada sejumlah permasalahan yang dihadapi oleh anak usia sekolah dan remaja di Indonesia.

“Pertama tentang kesehatan dan gizi. Jadi yang tidak pernah sarapan, anak anak kita, anak usia sekolah dan remaja kita itu 41 persen. Anemia 32,0 persen. Aktivitas kurang dan pola makan yang tidak sehat 58,3 persen,” sebut Muhadjir.

Muhadjir menambahkan bahwa satu dari 10 pemuda usia 15-24 tahun memiliki gangguan mental emosional. Kemudian anak usia 7-12 yang mengalami obesitas ada sebanyak 12 persen.

“Selain itu diketahui 3,2 persen kalangan pelajar dan mahasiswa di indonesia menggunakan napza,” kata Muhadjir.

Lebih lanjut Muhadjir menuturkan bajwa Isu terkait anak usia sekolah dan remaja lainnya adalah kekerasan berbasis gender, perundungan berbasis siber, pekerja anak, dan resiko terpengaruh oleh paham paham radikal. Isu selanjutnya terkait akses dan kualitas pendidikan dan keterampilan.

“Berbagai kompleksitas masalah anak usia sekolah dan remaja tersebut memerlukan penanganan yang komprehensif. Mulai dari pemerintah, seluruh kekuatan lembaga swadaya masyarakat, kekuatan masyarakat madani, dan semua pihak yang merasa ikut bertanggung jawab atas masa depan bangsa Indonesia,” pungkas Muhadjir. (*)

Editor: Darmawan