Oleh:
HENNI MAHERA SIREGAR, S.Pd., M.Pd
Kepala SMA Negeri 2 Idi Aceh Timur
GURU bukan sekadar pengajar, tapi penumbuh semangat belajar. Di tengah dinamika dunia pendidikan yang semakin kompleks, guru kini bukan hanya penyampai ilmu, tetapi juga panutan (role model) yang perilakunya menjadi cermin bagi pesertd didik.
Dalam era yang menuntut kreativitas dan kemampuan beradaptasi tinggi, guru dengan karakter growth mindset memegang peranan penting dalam membentuk generasi pembelajar sepanjang hayat.
Konsep growth mindset diperkenalkan oleh Psikolog, Carol S. Dweck. Ia menggambarkan pola pikir bahwa kemampuan seseorang dapat terus berkembang melalui usaha, pembelajaran, dan ketekunan.
Berbeda dengan fixed mindset yang percaya bahwa kecerdasan bersifat tetap, growth mindset melihat potensi manusia sebagai sesuatu yang bisa dilatih dan ditumbuhkan.
Ketika Guru Menjadi Teladan dalam Cara Berpikir
Guru dengan growth mindset tidak mudah menyerah ketika menghadapi tantangan dalam proses pembelajaran.
Ia tidak langsung menilai murid sebagai “tidak mampu,” tetapi mencari strategi lain agar murid memahami materi.
Contohnya, ketika seorang peserta didij kesulitan berhitung, guru yang berpola pikir bertumbuh tidak berkata “kamu memang lemah di Matematika,” melainkan, “kita akan mencoba cara lain supaya kamu bisa memahami konsep ini.”
Ucapan sederhana itu mengandung makna mendalam, guru menanamkan kepercayaan diri dan optimisme kepada peserta didiknya.
Lebih dari sekadar pengajaran, guru dengan growth mindset juga menunjukkan teladan dalam menghadapi kegagalan.
Ketika metode yang ia gunakan belum berhasil, ia tidak menyalahkan peserta didiknya, tetapi melakukan refleksi dan mencoba lagi.
Sikap ini mengajarkan kepada peserta didik, bahwa kesalahan bukan akhir dari pembelajaran, melainkan bagian dari proses tumbuh.
Lebih dari itu, guru yang memiliki growth mindset menjadi teladan nyata dalam menghadapi kegagalan. Ia menunjukkan bahwa kesalahan bukanlah akhir dari proses belajar, tetapi bagian dari perjalanan menuju keberhasilan.
Misalnya, ketika guru mencoba metode baru dan hasilnya belum optimal, ia tidak malu mengakui dan memperbaikinya bersama peserta didik.
Sikap ini mengajarkan nilai kejujuran, refleksi diri, dan semangat untuk terus belajar dari tiga hal yang amat penting dalam dunia yang terus berubah.
Dalam konteks budaya sekolah di Indonesia, peran guru sebagai panutan sangat kuat. Peserta didik seringkali meniru cara berbicara, bersikap, bahkan berpikir seperti gurunya.
Oleh karena itu, menjadi role model yang berjiwa growth mindset bukan sekadar pilihan, melainkan tanggung jawab moral dan profesional.
Guru yang selalu berupaya meningkatkan kompetensinya melalui pelatihan, membaca, atau berkolaborasi dengan rekan sejawat, memberi contoh nyata bahwa belajar tidak berhenti setelah lulus kuliah pendidikan guru tapi akan terus berlanjut sepanjang hayat.
Tantangan di tengah rutinitas dan tekanan dalam realitas dunia pendidikan Indonesia, guru sering kali berhadapan dengan tumpukan administratif, keterbatasan fasilitas, serta tuntutan kurikulum seringkali membuat guru terjebak dalam rutinitas yang menguras energi dan berpotensi membuat semangat inovasi meredup.
Dalam situasi ini, dibutuhkan kesadaran reflektif untuk terus menumbuhkan semangat belajar dan berinovasi.
Salah satu cara yang efektif adalah dengan membangun komunitas belajar antar guru sebagai wadah di mana guru bisa saling berbagi pengalaman, berdiskusi tentang metode pembelajaran, dan saling memotivasi untuk tumbuh bersama.
Dari sinilah muncul budaya positif di sekolah: budaya yang menghargai proses, bukan hanya hasil.
Menularnya Semangat Tumbuh di Sekolah
Guru yang berpikir bertumbuh tidak hanya mengubah dirinya, tetapi juga mempengaruhi iklim belajar di sekolah.
Peaerta didik menjadi lebih berani mencoba, tidak takut gagal, dan menghargai usaha mereka sendiri.
Sekolah dengan guru-guru growth mindset akan terasa berbeda, penuh semangat, terbuka terhadap inovasi, dan berorientasi pada pembelajaran yang bermakna.
Peserta didik merasa aman dalam bereksperimen karena guru mereka memberi ruang untuk salah, refleksi, lalu memperbaiki diri.
Dalam praktiknya, guru dapat menanamkan growth mindset dengan cara-cara sederhana antara lain :
• Memberi umpan balik yang membangun (kamu sudah berusaha keras, coba perbaiki bagian ini).
• Memberi penghargaan pada proses, bukan hanya hasil.
• Mengajak peserta didik melakukan refleksi di akhir pembelajaran.
Guru yang Berhenti Belajar, Berhenti Mengajar
Pendidikan sejatinya bukan hanya sekadar transfer pengetahuan, melainkan transformasi cara berpikir. Jika guru menunjukkan semangat belajar yang tak pernah padam, murid akan belajar untuk tidak takut gagal dan terus berusaha.
Ketika guru berani bereksperimen, peserta didik belajar untuk kreatif. Ketika guru rendah hati mengakui kesalahan, peserta didik belajar tentang kejujuran dan integritas.
Inilah kekuatan sejati seorang role model yang berpola pikir bertumbuh, bukan hanya mengajar dengan kata-kata, tetapi dengan sikap dan keteladanan.
Menjadi guru dengan growth mindset bukanlah tujuan akhir, melainkan perjalanan panjang. Ia menuntut kerendahan hati untuk terus belajar dan beradaptasi di tengah perubahan zaman.
Sebab, dunia terus berkembang dan murid kita tumbuh di dunia yang berbeda dari masa kecil kita.
Jika guru ingin tetap relevan dan berpengaruh, maka ia harus terus tumbuh bersama peserta didiknya. Karena pada akhirnya, guru yang berhenti belajar sejatinya telah berhenti mengajar.(*)