Leading News For Education For Aceh
IndeksRedaksi
OPINI  

Membuang Sikap “Baper” di Media Sosial

Membuang Sikap “Baper” di Media Sosial
Sekretaris IGI Aceh, Fitriadi (doc. Fit)

Oleh: Fitriadi, S.Pd.I, M.Pd

(Sekretaris IGI Aceh)

Media sosial yang sering dikenal dengan sebutan “Medsos” pada dasarnya diciptakan sebagai sarana untuk berkomunikasi dengan orang banyak. Kita bisa bertemu dengan teman lama, orang baru, hingga menjalin relasi profesional di dunia kerja.

Melalui medsos, kita juga bisa berbagi segala informasi dan konten pribadi. Mulai dari momen hiburan, ulok-ulok “candaan_red”, posting makan enak, foto ngopi bersama teman atau gowes bareng “Calon Mak Tuan”

Konten atau status yang ditulis seseorang tidak seorang pun tau apa maksudnya, kecuali orang yang menulis status tersebut, baik di Facebook, Twitter, Whatsapp atau medsos lainnya, sehingga kita sebagai netizen yang bijak tidak perlu menafsirkan sesuai isi di kepala kita. Karena dengan begitu kita akan terbawa perasaan alias “Baper” kalau menurut istilah anak milenial sekarang.

Sekarang ini istilah ‘baper’ makin populer, terutama di kalangan anak milenial. Biasanya yang membuat seseorang mudah terbawa perasaan ialah karena urusan “cinta”, tapi sekarang sudah merambah ke persoalan orang memaknai setiap status yang dibagikan di medsos orang lain. Banyak orang yang terkadang merasa baper hanya karena ucapan kecil atau biasa saja. Hal tersebut muncul karena kita sering menebak-nebak atau mengkaitkan dengan kehidupan kita, padahal itu belum tentu.

Kembali ke persoalan baper di media sosial, belakangan ini sering sekali terlihat di media sosial perang kata-kata, status nyinyir sehingga banyak orang mudah tersulut emosinya setelah membaca status seseorang, berita, atau suatu wacana. Sikap yang seharusnya tak perlu, bila kita mengerti cara bersikap di media sosial

Di zaman dimana media sosial sudah begitu mendarah daging dalam keseharian kita, sehingga menjadi sebuah sarana berkomunikasi, gaya hidup, ajang eksistensi diri, curhat, silaturahmi, mencari kabar, hingga sebagai lapak menjual barang secara online. Ada yang selalu mengabarkan keadaaan diri dengan berbagai status dan foto, ada pula yang pasif dengan hanya mengamat-amati saja alias intip-intip status orang.

Sebagai manusia yang bijak, kita tidak perlu membawa dunia maya ke dalam dunia nyata, apalagi sampai terbawa perasaaan dengan berbagai postingan orang lain yang pada dasarnya postingan tersebut sama sekali tidak ada hubungan dengan kehidupan kita. Ada satu ungkapan yang dilontarkan oleh seorang teman disebuah sudut warung kopi. “Jangan Terlalu Baper dengan Postingan Orang Lain di Media Sosial, karena Dunia Orang Lebih Luas Dari Kamar Tidur Kita”.

Menurut pemikiran penulis, ungkapan itu ada benarnya dan tentu sangat tepat. Kenapa kita harus terbawa emosi atau mengkaitkan masalah orang dengan masalah kita?, pertanyaan ini hanya orang-orang yang “sehat” di media sosial yang bisa menjawabnya. Secara logika setiap orang punya kehidupan dan pekerjaan yang tidak semuanya kita ketahui, jadi sudah barang tentu apa yang dipikirkan oleh orang tersebut sama sekali tidak ada hubungan dengan urusan kita, sehingga kalau ini dibiarkan, kalaupun tidak tertuliskan, perasaan jadi berkecamuk dan timbul rasa tak senang, emosi yang akhirnya merugikan dan menyakiti diri sendiri.

Berikut ini, penulis akan memberikan beberapa langkah bijak saat bermedia sosial.

Perhatikan dari Sudut Pandang Orang Tersebut

Setiap kita membaca status orang lain di media social, jangan pernah paksakan kita menganilisa dengan sudut pandang kita sendiri. Ubah pola pikir dengan memperhatikan dari sisi orang yang membuat postingan.Kita mungkin tidak tau ada banyak motif yang menjadi latar belakang sesorang membuat sesuatu postingan. Menanggapi postingan tersebut, kita perlu alasan yang dapat mengantarkan diri lebih empati dan memaklumi. Akhirnya bukan malah kita menulis kata-kata yang tidak perlu, tetapi memberi rasa hormat dan menghargai.

Setiap Postingan Kita akan Ada Aksi dan Reaksi

Sebaliknya, saat kita yang mengunggah sebuah konten atau status di media sosial, kita harus berpikir panjang dengan segala resiko karena unggahan kita sudah menjadi konsumsi publik maka siap-siap saja menerima segala respon yang diberikan oleh banyak orang. Kita tidak bisa mengontrol tiap reaksi. Namun, yang bisa kita lakukan adalah mengatur perasaan dan sikap diri sendiri, tidak perlu panik dan terbawa perasaan. Ada sebuah sindiran halus yang dilontarkan oleh teman sambil makan “Bulukat Silee (Ketan_red)”, kalau postingannya tidak boleh dikomentari oleh orang lain, lebih baik kamu tulis di kamar mandi tutup pakai handuk, jangan di media sosial. Sindirannya pedih jenderal.

Setiap Orang Punya Hak Menggunakan Akunnya

Selain bertanggung jawab, orang lain berhak menentukan sendiri isi akun masing-masing. Karena itu tidak perlu sensitif atas setiap status, foto, atau berita yang diunggah. Asalkan tidak menyerang kita secara pribadi, lebih baik kita tidak usah terbebani apalagi merasa terganggu.

Memilih dan Memilah Informasi

Kenapa kita harus memilahnya. Intinya satu, biar kita tidak sensitif apalagi baperan, terus tersinggung, terus emosi, terus marah — marah, terus minum kopi lupa pakai gula tidak lihat ada sendok ketelan pulak, hehehe. Intinya, dengan kesalah-pahaman kita terhadap suatu informasi akan berdampak kurang baik bagi diri kita dan orang sekitar.

Demikian ulasan penulis khusus untuk sobat dunia maya, gunakanlan media sosial dengan bijak, jangan baperan. Dunia Nyata Adalah Kenyataan, Dunia Maya Adalah Hayalan.

                                                                                                Penulis adalah Sekretaris Ikatan Guru Indonesia (IGI) Wilayah Aceh