Oleh: Abdul Hamid SPd MPd
Ujian Nasional (UN) menjadi momok bagi semua orang mulai dari pejabat penyelenggara pendidikan sampai pada siswa. Ujian Nasional bukan satu satunya alat ukur kelulusan siswa namun semua orang mengukur mutu pendidikan dari perolehan nilai UN. Setiap mau mendekati UN banyak orang stress. Hal ini bukan tidak berdasar. UN masih menjadi ukuran keberhasilan seseorang mengurus pendidikan. Misalnya keberhasilan seorang kepala Dinas Pendidikan bila nilai UN bagus maka keberhasilannya bagus, kinerjanya bagus berimplikasi pada kelanggengan kedudukannya. Begitu juga kepala sekolah sangat menjadi ukuran pada nilai UN. Padahal mengurus pendidikan bukan saja pada nilai UN tertinggi, namun masih banyak nilai lain yang harus menjadi ukuran. Nilai kejujuran, kedisplinan, kerja keras, bertoleransi, penyayang, kasih sayang, berinsiatif, taat beribadah. Ini yang harus dimiliki oleh seorang siswa.
Target UN tinggi.
Target UN menjadi patokan setiap akhir semester satu. Menjelang semester dua semua pejabat pendidikan mulai kepala sekolah sampai kadis mulai berpikir kearah target UN. Rapat demi rapat dalam menyusun strategi mulai dibahas. Penambahan jam tambahan menjadi primadona. Target nilai UN menjadi kewajiban yang harus terpenuhi oleh kepala sekolah. Kontrak nilai UN pun dilakukan. Bila ini yang diinginkan pada setiap lulusan maka tambahkan jam pelajaran pada mata pelajaran yang diUNkan. Siapa yang akan melakukan ini? Jawabannya adalah penyelenggara pendidikan. Adapun caranya adalah, pertama, didik guru-guru yang handal dan berkompetensi dalam bidangnya, kedua, Cari guru lain yang memiliki kecerdasan di bidang mata pelajaran yang di UN-kan. Ajak alumni yang memiliki kemampuan lebih untuk memberikan materi itu kepada adiknya.
Ketiga, ajak perguruan tinggi untuk membantu siswa mendapat bimbingan dari mahasiswa dan dosen kepada siswa.
Kesemua itu harus dilakukan dengan terprogram berkesinambungan dimulai sejak kelas X. Keempat, bimbingan kepada guru dengan cara menghidupkan MGMP. MGMP akan hidup bila diberdayakan oleh orang orang yang memiliki kemampuan lebih. Siapkan instruktur yang memiliki kemampuan lebih. Siapkan fasilitas yang memadai. Juga harus di siapkan dana.
Pendiri GoJek, Nadiem Anwar Makarim, dipilih Presiden Joko Widodo untuk mengemban amanah sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan. Sejak dilantik menjadi menteri pendidikan dan kebudayaan, mas menteri telah banyak statment tentang pendidikan. Walau seorang yang berlatar belakang pendidikan jurusan bisnis, Universitas Harvard, AS, akan tetapi pemikirannya cukup menjadi modal untuk menjadikan Pendidikan Indonesia lebih baik.
Diantara sekian banyak statment itu, statment menghapus UN paling berani dan banyak dukungan dari berbagai pihak. Setelah UN tidak ada lagi makan beban mental siswa dan guru tidak ada lagi. Kemerdekaan pelaku pendidikan benar benar sudah merdeka. Pertanyaan kita Apa tugas penyelenggaraan pendidikan selanjutnya? Jawabannya Kita tunggu intruksi dan regulasi Mas Menteri.
Penulis adalah pecinta pendidikan juga Kepala Cabang Dinas Pendidikan Aceh Wilayah Kota Sabang.