ACEHSIANA.COM, Jakarta – Media Israel melaporkan sedikitnya 10 ribu tentara pasukan penjajahan Israel (IDF) tewas atau terluka akibat perlawanan pejuang Palestina di Jalur Gaza.
Angka tersebut jauh melampaui jumlah korban yang dirilis oleh markas besar IDF.
Surat kabar Israel Yedioth Ahronoth menuliskan bahwa mereka memperoleh nama-nama sekitar 10 ribu tentara penjahat perang Israel yang termasuk di antara korban tewas atau terluka dalam agresi yang sedang berlangsung di Jalur Gaza. Hal ini termuat dalam laporan yang diterbitkan pada Ahad (4/8).
Surat kabar tersebut menyoroti bahwa sekitar seribu tentara ditambahkan ke dalam barisan mereka yang terluka secara fisik dan mental di departemen rehabilitasi militer Israel setiap bulannya, menurut data departemen.
Terlepas dari angka-angka yang mengejutkan ini, baik Knesset maupun pemerintah telah melanjutkan penyusunan ulang dan pengesahan undang-undang untuk memperluas wajib militer, sehingga membuat tentara reguler berada dalam keadaan frustasi yang signifikan, menurut media Israel.
Yedioth Ahronoth mengutip seorang ayah tentara dari brigade elit Israel Nahal, yang saat ini menjadi bagian dari pasukan yang menyerang Rafah di Jalur Gaza selatan, yang menyatakan keprihatinan mendalam tentang kondisi tentara tersebut.
“Situasi seperti ini belum pernah terjadi dalam sejarah perang Israel, bahkan pada tahun 1948,” katanya. “Tentara bertempur dalam kondisi yang tidak menguntungkan selama sepuluh bulan berturut-turut.”
Dalam perkembangan terkait, surat kabar tersebut melaporkan bahwa tentara wanita yang ditempatkan di Dataran Tinggi Golan bagian utara “secara sewenang-wenang” diberitahu dalam beberapa hari terakhir bahwa tugas mereka akan diperpanjang empat bulan tambahan, meskipun mereka dijadwalkan diberhentikan pada September.
Pada 12 Juli, Kabinet Israel menyetujui keputusan untuk memperpanjang wajib militer menjadi tiga tahun, dengan alasan kekurangan tenaga kerja.
Keputusan tersebut akan diajukan kepada pemerintah untuk disetujui dan kemudian disahkan dalam sidang penuh Knesset.
Menurut data penjajah Israel, berdasarkan sensor militer, lebih dari 690 perwira dan tentara telah terbunuh sejak 7 Oktober. Selain itu, mereka mengumumkan sekitar 2.500 tentara terluka.
Atas angka-angka itu, militer pelaku genosida Israel saat ini menghadapi tuduhan internal karena menyembunyikan jumlah korban jiwa yang sebenarnya, yang dilaporkan jauh lebih tinggi.
Kelompok pejuang Palestina berulang kali mengklaim bahwa yang mereka habisi di Gaza jauh lebih banyak daripada yang diumumkan pemerintah Israel.
Dengan situasi yang semakin memanas dan angka korban yang terus meningkat, masyarakat Israel kini berada dalam ketegangan yang mendalam.
Banyak yang mempertanyakan transparansi pemerintah dan militer terkait data korban serta kebijakan wajib militer yang diperluas. (*)
Editor: Darmawan