Leading News For Education For Aceh
IndeksRedaksi

Mantan TKW Jadi Kepala SMK Abdya; Sekolah BEREH Pengalaman di Malaysia

ACEHSIANA.com – Rusni, S.Pd, kini memimpin SMKN 4 Abdya. Sebelum menjadi kepala SMKN 4, Rusni sudah menjadi kepala SMKN 2 yang berlokasi di Padang Meurantee, Susoh.

Sekolah yang dipinpin Rusni dengan 2 konsentrasi keahlian yaitu boga dan multimedia, sekolah ini tergolong sekolah kecil. Letaknya tidak begitu jauh dari SMKN 1.

Kepribadian nyaris tak pernah mengeluh, gesit dan disiplin. Harus menempuh jarak puluhan kilometer dari rumahnya di Kuala Batee ke Lembah Sabil, Aceh Barat Daya (Abdya), perjalanan ini dilakukan setiap hari kerja, wanita ini terus menunjukkan keuletan bekerja.

Meski Sekolah SMKN yang menjadi tanggung jawabnya, terletak di pinggiran dengan jalan berbatu, Rusni konsisten membangun sekolah.

Didukung dewan guru dan seluruh warga sekolah,menjadi keukatan Rusni dalam membangun, dia berusaha keras menampilkan SMKN 2 memiliki citra positif. Berbagai  event kesenian dibuatnya untuk menyalurkan bakat peserta didik. “Sekalian sebagai ajang memperomosikan sekolah,” ujarnya suatu ketika.

Sebelum Rusni menjadi Guru, ia adalah Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Malaysia. Di tangan mantan tenaga kerja wanita (TKW) ini, SMKN 2 pelan-pelan mulai dikenal orang. Kehadirannya mulai diperhitungkan. Dengan sumber daya terbatas, Rusni mempu menjaga performa sekolah sehingga terlihat bersih dan asri. Itu semua, tentu, tidak terlepas dari pengalamannya menjadi pekerja keras sebagai TKW di Malaysia tempo hari.

Tapi, sejak Januari silam, Rusni telah dipindahtugaskan ke SMKN 4 yang terletak di Kecamatan Lembah Sabil, bersebelahan dengan Manggeng. Lokasinya ke arah timur menuju Tapak Tuan, Aceh Selatan. Performa sekolah ini tidak lebih baik dari SMKN 2, meski tergolong sekolah lama.

Ketika pertama masuk ke SMKN 4, Rusni mendapati pekarangan yang kurang terawat. Memprihantinkan. Dimana-mana rumput tumbuh liar. Pekarangan sekolah yang berada di perbukitan yang seharusnya memesona, terlihat berantakan. Begitu pula ruangan kelas dan kantor tata usaha, tak terurus.

Melihat ini semua, jiwa pengabdian Rusni tergugah. Tanpa banyak bicara, ia mencurahkan pikiran dan segenap tenaga membenahi SMKN 4, tempat tugasnya yang baru. Dia mengajak dewan guru dan seluruh warga sekolah untuk bangkit. Dia bangun kekompakan.

Lebih kurang 4 bulan memimpin, Rusni mulai melihat hasil. Pekarangan sekolah yang dulu kumuh, kini sudah tertata apik. Warga sekolah juga mulai menunjukkan peran masing-masing. Mereka sekarang kompak. Rusni berhasil membangun soliditas dan semangat team work. Demikian pula kondisi ruangan, kini mulai terlihat bergairah.

Rusni adalah sosok yang tidak banyak bicara, tapi bekerja. Dia melakukan itu semua dengan niat tulus, menjadikan pendidikan di sekolah yang ia pimpin lebih berkualitas.

Oh ya … satu hal lain yang cukup signifikan memberi warna pada perubahan SMKN 4 sekarang. SMKN 4 menjadi salah satu sekolah di Abdya yang paling aktif media sosial (medsos-nya) sekarang. Berbagai informasi menyangkut perkembangan sekolah dapat diikuti masyarakat melalui website dan medsos sekolah ini.

Bagaimana ceritanya seorang mantan TKW bisa menjadi guru dan memimpin sekolah? Kutip kanal73 , Rusni menceritakan, faktor ekonomi orang tua yang menyebabkan ia harus merantau ke negeri jiran.

Rusni bahkan mengaku merasa bangga punya pengalaman sebagai TKW. “Maaf, untuk sebagian orang menjadi mantan TKW itu sesuatu yang harus disembunyikan, itu karena image TKW yang kurang baik. Namun bagi saya, nggak apa2 karena memang itu faktanya,” ujar wanita ini.

Kepala SMKN4 Abdya itu bahkan merasa bersyukur pernah menjadi TKW, banyak hikmah yang bisa dia petik selama bekerja di luar negeri. “Saya punya pengalaman tinggal di negara orang, memiliki saudara, dapat membantu orang tua dan yang sangat penting, saya dapat melanjutkan kuliah saya yang tertunda karena sempat terkendala faktor biaya,” terangnya lagi.

Bekal pengalaman bekerja di negeri orang, sekarang dijadikan sebagai bahan untuk membangkitkan motivasi para siswa. Dengan membandingkan kesulitan yang pernah dia alami, Rusni memberikan motivasi kepada siswa yang malas belajar. “Saya sering mengatakan kepada siswa, mereka seharusnya bersyukur dengan memanfaatkan fasilitas yang diberikan orang tua, mereka bisa menggunakannya untuk mengejar cita-cita,” kata Rusni.

Pada kesempatan lain, ia juga meyakinkan para siswa tentang betapa berharganya kesempatan yang dimiliki setiap orang. “Andaikan saya dulu memiliki fasilitas seperti mereka, mungkin bukan setakat S1 yang bisa saya raih. Namun apa boleh buat, karena keadaan ekonomi orang tua, saya harus merantau dan bekerja keras untuk mewujudkan cita-cita saya,” kenang Rusni.

Ia menjelaskan, selama di Malaysia dia bekerja pada sebuah perusahaan perakitan komputer. Pengalaman itu, kata Rusni, juga sangat berguna ketika dia memimpin sekolah vokasi sekarang.

Dalam bulan suci Ramadhan1441 H, kepala SMKN 4 Abdya itu menggerakkan koleganya para guru dan staf administrasi untuk sedikit meringankan beban para siswa yang terdampak Covid-19.

Alhamdulillah, guru dan pegawai di sana suka bersedekah meskipun secara ekonomi mungkin mereka tidak tergolong orang kaya.

Sekolah itu berhasil mengumpulkan sejumlah dana yang kemudian digunakan untuk membeli bahan sembilan kebutuhan pokok (sembako), terdiri dari beras, telur, dan minyak makan.

Bantuan itu kemudian disalurkan untuk para siswa kurang mampu.

Rusni dan guru-guru terjun langsung mengantarkan sembako ke rumah-rumah siswa, meski harus berjalan kaki berkilometer jauhnya.[adhie gunong ceukÔk]

Editor : Hamid

Sudah dimuat Kanal73