Leading News For Education For Aceh
IndeksRedaksi

Makna Sejati Menjadi Guru

Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Bireuen bersama siswa SMA Bireuen

“Sebuah ilustrasi kepada Guru inspiratif ”

Mengaku pernah menjadi guru tidaklah cukup hanya dengan mengajar. Menjadi guru sejati berarti berhadapan dengan murid-murid yang kadang menyebalkan, merepotkan, dan memancing emosi. Namun, justru di sinilah terletak esensi seorang guru yang sesungguhnya.

Menghindar dari masalah murid dengan mengembalikan mereka kepada orang tuanya bukanlah solusi yang bijak. Seorang guru sejati akan menguras energi dan pikiran, mengendalikan emosi demi menemukan solusi terbaik untuk menyelamatkan murid tersebut. Mengeluhkan persoalan murid lebih banyak daripada menghadapinya juga bukan ciri seorang guru yang sejati.

Fokus utama seorang guru bukan hanya pada materi pelajaran atau dokumen administrasi, tetapi pada perkembangan setiap anak tanpa kecuali. Jumlah murid yang banyak dengan kemampuan, minat, dan potensi yang beragam seharusnya dianggap sebagai keberkahan, bukan beban. Hidup menjadi bermakna, indah, dan membahagiakan karena keberagaman.

Waktu yang terbatas untuk melayani anak bukan alasan untuk mengeluh. Waktu yang diberikan Tuhan memang terbatas, dan kita diingatkan bahwa manusia merugi jika tidak mampu memanfaatkannya. Orang yang memiliki waktu luang yang banyak patut dipertanyakan apakah mereka benar-benar hidup atau hanya jasadnya saja yang hidup sementara jiwanya sudah mati.

Harmoni dengan teman sejawat juga penting. Seorang guru sejati tidak akan menyuburkan konflik, iri, dengki, fitnah, dan adu domba. Sebaliknya, mereka akan menunjukkan perkataan, perbuatan, dan senyum yang tulus kepada semua teman sejawat, bahkan kepada mereka yang telah memfitnah. Mungkin fitnah tersebut merupakan cara mereka untuk membuat kita menjadi lebih baik.

Kehadiran murid yang menyebalkan juga harus dilihat sebagai berkah. Murid-murid tersebut adalah kunci yang membuka pintu keberkahan bagi guru yang tulus. Keberkahan ini akan terus mengalir meskipun kita telah tiada. Guru adalah profesi yang tidak pernah pensiun dari keberkahan.

Penting bagi kita untuk bangun dari mimpi panjang yang membayangkan betapa indahnya mendidik anak-anak yang cerdas, berakhlak mulia, taat, kreatif, bernalar kritis, kolaboratif, mandiri, dan selalu menghargai siapapun, termasuk gurunya. Semua itu adalah hasil dari proses panjang pendampingan tulus seorang guru, bukan bahan baku atau input.

Allah telah menebar kebahagiaan di sepanjang perjalanan hidup kita sebagai guru. Semua bergantung pada cara kita memandang, menyikapi, dan menghadapinya. Bismillah.