Leading News For Education For Aceh
IndeksRedaksi

Luar Biasa Perjuangan Guru Ini Mengajar Saat Banjir dan Longsor Menghadang

Luar Biasa Perjuangan Guru Ini Mengajar Saat Banjir dan Longsor Menghadang
Ghafirin, saat berenang melewati banjir menuju sekolah (doc. fb/ghafirin)

ACEHSIANA.COM, Langkahan – Luar biasa dan mengharukan melihat perjuangan guru daerah pedalaman Aceh dalam melaksanakan tugas. Banjir dan longsor yang menghadang tidak menyurutkan niat mereka untuk tetap mengajar. Sebagaimana diketahui Aceh memasuki musim hujan dan beberapa daerah mengalami banjir dan longsor.

Ghafirin SPd, guru PKn SMAN 2 Langkahan bahkan harus berenang untuk sampai di sekolah. Jalan menuju sekolah Ghafirin bertugas diterjang banjir sehingga tidak ada pilihan lain bagi Gafirin selain harus berenang.

Menurut Ghafirin, walau banjir menghadang tetapi tanggung jawab mencerdaskan anak bangsa tetap harus dijalani. Tantangan seperti jalanan berlumpur sudah biasa dihadapi Ghafirin.

Cut Nurul, guru SMAN 5 Lhokseumawe yang pernah berkunjung ke rumah Ghafirin, jalan menuju Kecamatan Langkahan memang rusak parah. Jangankan musim hujan, hari-hari biasa saja jalan tersebut sulit dilewati. Apalagi musim hujan, maka jalanan berlumpur sudah menjadi pemandangan sehari-hari.

Lain Ghafirin, lain lagi Dika Tri Andani. Guru SMAN 1 Leuser Aceh Tenggara ini tetap melaksanakan tugas meski jalanan dipenuhi batu-batu besar akibat longsor. Beberapa desa di kawasan SMAN 1 Leuser mengalami banjir bandang sehingga siswa tidak dapat bersekolah.

“Meski beberapa desa mengalami banjir bandang, tetapi beberapa desa lainnya tidak mengalami sehingga siswa tetap ada di sekolah. Kami harus sangat hati-hati dipenuhi rasa cemas dan was-was akibat badan jalan dipenuhi batu besar,” ujar Dika kepada acehsiana.com via WhatsApp pada Sabtu (5/12).

Dikatakan Dika bahwa daerah di atas SMAN 1 Leuser telah terjadi banjir bandang sehingga akses jalan putus total. Siswa dari daerah ini, tambah Dika, tidak dapat datang ke sekolah.

“Tugas kami adalah mencerdaskan anak bangsa sehingga berbagai rintangan harus kita hadapi. Apalagi hanya sebagian siswa yang tidak dapat datang ke sekolah sementara sebagian lagi tetap dapat bersekolah,” pungkas Dika. (*)

Editor: Darmawan