Leading News For Education For Aceh
IndeksRedaksi

Kolaborasi Sektor Pendidikan, Aplikasi Simulasi Try Out “Meutuwah Nangroe” Diluncurkan

ACEHSIANA.COM-Bireuen – Sebagai upaya mendukung peningkatan kompetensi dan mutu pendidikan Aceh, Ketua Tim Penggerak PKK Aceh, Dr Ir Dyah Erti Idawati MT melaunching Aplikasi “Meutuwah Nanggroe” bertempat di Laboratorium Bahasa SMA Negeri 1 Kabupaten Bireun, Sabtu (20/3/2021).

Turut hadir Direktur Utama Teknos Aceh, Murhadi, Ketua Harian Jaringan Sekolah Digital Indonesia (JSDI), Khairuddin, Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Aceh, Drs Imran, Plt Kabid Pembinaan GTK, Muksalmina SPd MSi, Kepala UPTD Balai Tekkomdik, T Fariyal MM dan Kabid Pembinaan SMK, Azizah MPd.

Dyah berharap melalui aplikasi simulasi try out itu dapat memberikan manfaat serta kemudahan dalam proses pembelajaran online berbasis komputer dan android secara praktis bagi siswa-siswi SMA, SMK dan MA.

“Kerjasama ini untuk mewujudkan target untuk meningkatkan jumlah siswa Aceh lolos pada Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) di Perguruan Tinggi Favorit atau sekolah kedinasan,” ujarnya.

Aplikasi simulasi try out mandiri bagi siswa-siswi Aceh itu merupakan hasil rancangan bersama Ikatan Guru Indonesia (IGI), Jaringan Sekolah Digital Indonesia (JSDI), dan Teknos Aceh yang berkolaborasi dengan Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan.

“Aplikasi ini kita beri nama “Meutuwah Nanggroe.” Aplikasi ini merupakan karya guru-guru Aceh yang bernaung di bawah Organisasi IGI dan JSDI,” kata Dyah.

Dikatakannya, aplikasi simulasi belajar yang diberi nama Meutuwah Nanggroe itu dapat menjadi wadah bagi para siswa-siswi SMA/SMK/MA untuk melatih dan mempersiapkan serta mengukur kemampuan diri, sebelum menghadapi ujian ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi seperti Ujian Tulis Berbasis Komputer (UTBK) dan ujian sekolah kedinasan.

“Aceh merupakan salah satu daerah yang banyak memiliki perguruan tinggi negeri (PTN). Namun, kita menyayangkan, akibat rendahnya kompetensi membuat anak-anak Aceh susah menembus seleksi masuk PTN. Sehingga kuota PTN di Aceh justru di dominasi oleh siswa dari luar Aceh,” katanya.

Pihaknya mengajak semua pihak untuk bersatu padu meningkatkan mutu pendidikan, agar lulusan sekolah di Aceh bisa diterima di perguruan tinggi favorit dan mendapatkan pekerjaan yang lebih.

Selain itu, Dyah juga mengajak seluruh guru dan praktisi pendidikan untuk turut membantu pemerintah dalam penanggulangan dan pencegahan stunting dengan memberi bekal pengetahuan, keterampilan, mempromosikan gizi serta menciptakan lingkungan yang mendukung terwujudnya praktik gizi yang baik bagi warga sekolah.

“Cegah dari sekolah karena kalian juga akan menjadi orang tua kelak, jadi bisa dicegah lebih dini dengan bekal pengetahuan yang ada pada diri,” ucap Dyah.

Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Drs Alhudri MM mengatakan Pemerintah Aceh melalui Dinas Pendidikan, memberi perhatian besar terhadap peningkatan mutu pendidikan Aceh, hal itu terbukti dalam komitmen visi dan misi pemerintah yang dilaksanakan melalui program unggulan Aceh Carong.

Alhudri menyebutkan, untuk mendukung terwujudnya pembangunan di sektor pendidikan, Dinas Pendidikan Aceh secara aktif bekerja sama dengan para pihak pemerhati dan pelaku pendidikan untuk merancang program-program pendidikan yang berkualitas.

Selain itu pihaknya juga melakukan penguatan untuk peningkatan kualitas guru dan peserta didik seluruh Aceh.

“Kegiatan ini adalah bukti keterlibatan para pihak pemerhati dan pelaku pendidikan seperti TP PKK, IGI, JSDI dan Teknos Aceh untuk memajukan Pendidikan di Aceh. Nantinya diharapkan semua sekolah mampu menerapkan aplikasi ini sebagai wujud peningkatan layanan kualitas pendidikan di seluruh Aceh,” kata Alhudri.

Kadisdik menuturkan, dengan di launching Aplikasi “Meutuwah Nanggroe” di Kabupaten Bireuen diharapkannya pendidikan tidak hanya maju didaerah perkotaan saja tetapi merata keseluruh pelosok, sehingga tidak ada lagi diskriminasi layanan pendidikan di Aceh.

“Harapan kedepannya semua sekolah memiliki kualitas yang sama dengan spesifikasi dan keunggulan masing-masing. Artinya tidak ada lagi sekolah favorit dan tidak favorit,” demikian tutup Alhudri.

Laporan : Baihaki