ACEHSIANA.COM, Jantho – Gampong Lampanah Tunong merupakan desa sentra kerajinan anyaman bili (bemban) yang telah dikenal secara nasional.
Warga desa yang terletak di Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar tersebut secara turun menurun telah menggeluti usaha ini baik sebagai mata pencaharian utama maupun hanya sebatas usaha sampingan yang dikerjakan secara paruh waktu.
Para pengrajin biasanya memanfaatkan bahan baku berupa tumbuhan bili yang tumbuh natural di pekarangan desa untuk menghasilkan karya kerajinannya.
Namun menurut Ketua Kelompok Pengrajin Bilidroe, Ulfa Fithria dalam tiga tahun terakhir ini pihaknya mulai kesulitan memperoleh bahan baku akibat semakin langkanya tumbuhan tersebut.
“Dulu desa kami memang banyak ditumbuhi “ bak Bili “ (tumbuhan bemban), namun akibat digunakan terus menerus akhirnya tumbuhan ini menjadi musnah dengan sendirinya. Sekarang kami harus beli ke desa-desa tetangga atau mencarinya ke hutan-hutan,” ungkap Ulfa.
“Sepanjang masih ada yang bisa dibeli atau dicari, kami sih ok ok saja, walau itu berarti juga meningkat biaya produksi. Tapi dengan semakin meningkatnya permintaan pasar terhadap produk kami bukan tidak mungkin Bili yang tumbuh di hutan atau desa-desa tetanggapun ikut musnah ke depan. Dan ini berarti putusnya usaha kami”, ujar Ulfa prihatin.
Menyikapi hal ini, akademisi Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala yang terdiri dari: Dr. Muhammad Yasar, S.TP., M.Sc (Teknik Pertanian), Dr. Siti Hafsah, SP., M.Si (Agroteknologi) dan Noratun Juliaviani, SP., M.Si (Agribisnis), melalui skim Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Pembangunan Berkelanjutan (PKMBPB) LPPM USK, mencoba mengurai permasalahan tersebut dengan melakukan domestikasi terhadap tumbuhan bemban.
Menurut Ketua Pelaksana Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat tersebut, Dr. Muhammad Yasar, S.TP., M.Sc, tumbuhan bemban atau dalam Bahasa Latin dikenal dengan nama Donax canniformis ini tergolong tumbuhan liar yang belum pernah dibudidayakan.
Kemampuan tumbuh kembangnya yang tidak seimbang dengan laju pemanfaatannya oleh masyarakat tentu saja dapat mengancam kelestariannya.
“Mengingat home industry kerajinan ini telah memiliki pasar yang kuat, maka untuk mendukung keberlanjutan usaha ekonomi masyarakat ini, kita perlu melakukan proses domestikasi untuk merubah bemban dari tumbuhan liar menjadi tanaman budidaya”, tutur Yasar.
Bersama timnya yang turut dibantu oleh Mahasiswa KKN Reguler USK, Yasar mencoba memperkenalkan cara perbanyakan tanaman agar tumbuhan bemban dapat dibudidayakan sebagai mana tanaman budidaya lainnya.
“Sebelumnya kita sudah mengujicobakan beberapa teknik perbanyakan yang insya Allah kita coba implementasikan di tengah-tengah masyarakat,” pungkas Yasar.
Keuchik Gampong Lampanah Tunong, Fajri Bintang yang turut hadir dalam kegiatan perbanyakan tanaman di pekarangan meunasah gampong (29/07) tersebut mengaku sangat interest dengan kegiatan pengabdian yang sangat solutif itu.
Menurutnya upaya yang dilakukan pihak dosen dan mahasiswa USK ini sangat bermanfaat bagi warganya terutama dalam menjaga kelestarian tumbuhan bemban dan keberlanjutan usaha kerajinan Bili.
Fajri juga berharap agar pihak USK senantiasa berkenan melakukan proses pembinaan dan pendampingan terhadap warga desanya sekaligus turut serta mendorong kemajuan desa.
Mahasiswa peserta KKN Reguler USK yang terlibat dalam kegiatan ini terdiri-dari kelompok penempatan Lampanah Tunong dan Lampanah Baro. Mahasiswa tersebut adalah: Ana Nurjanah (Fakultas Pertanian), Nurul Salbiyah (Fakultas Pertanian), Fathira Arifah (Fakultas Kedokteran), Nurzahri Betari (Fakultas Ekonomi), Fauzan Mukhsin (Fisip), Fathur Rizki Walidan (Fakultas Teknik), Fithra Ramdhana (Fakultas Ilmu sosial dan politik), Annisa Zilzia (Fakultas Hukum), Ummi Nasyiha ( Fakultas Pertanian), Lulu Animalika (Fakultas Kedokteran), Nadia Turrahmi (Fakultas Teknik), dan Cut Nurhafidhah Yustira (Fakultas Pertanian). (*)
Editor: Darmawan