ACEHSIANA.COM, Medan – Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) mengungkapkan hasil Asesmen Nasional pada 2022 yang menunjukkan bahwa 36,31 persen atau satu dari tiga peserta didik (siswa) di Indonesia berpotensi mengalami bullying atau perundungan. Hal ini menjadi perhatian serius bagi Kemendikbudristek yang berupaya mencegah dan menangani kekerasan di lingkungan pendidikan.
Salah satu program yang dilakukan oleh Kemendikbudristek adalah Roots, yang merupakan program pencegahan kekerasan, khususnya perundungan, yang bekerja sama dengan UNICEF Indonesia. Program ini telah melatih lebih dari 20 ribu fasilitator guru dan membentuk lebih dari 50 ribu siswa agen perubahan di lebih dari 10 ribu satuan pendidikan sejak 2021.
Target di tahun 2023, program Roots akan dilaksanakan secara luring dan daring pada 2.750 satuan pendidikan jenjang SMP, SMA, dan SMK, serta melakukan refreshment pada 180 orang fasilitator nasional. Program ini juga mendorong pembentukan Tim Pencegahan dan Penanganan Kekerasan (TPPK) di setiap satuan pendidikan.
Provinsi Sumatera Utara (Sumut) menjadi salah satu provinsi yang mendapat apresiasi dari Kemendikbudristek dalam upaya mencegah terjadinya kekerasan di lingkungan pendidikan. Dinas Pendidikan Provinsi Sumut berkomitmen untuk menggenjot percepatan pembentukan TPPK di seluruh satuan pendidikan yang ada di provinsi tersebut. Targetnya, akhir Oktober ini sudah semua satuan pendidikan memiliki TPPK.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Pemprov Sumut Agus Tripriono menambahkan bahwa upaya pencegahan dan penanganan kekerasan pada anak tidak hanya menjadi tanggung jawab guru di sekolah, namun juga dibutuhkan kolaborasi bersama orang tua dan masyarakat. Ia mengajak semua pihak untuk berbenah menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, nyaman, dan menyenangkan bagi anak demi terciptanya generasi Indonesia emas tahun 2045. (*)
Editor: Darmawan