ACEHSIANA.COM, Jakarta – Direktorat Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Madrasah terus berupaya melakukan pembenahan dengan meningkatkan kompetensi guru melalui berbagai pendekatan.
Dalam Forum Group Discussion (FGD) pada Kamis (13/6) yang bertema “Pembaruan Sistem Pendidikan Islam,” Thobib Al Asyhar, Direktur GTK Madrasah, menekankan perlunya penyegaran kembali implementasi pendidikan Islam di madrasah.
“Apakah pendidikan di madrasah selama ini sudah ideal sesuai dengan prinsip dan praktik pendidikan Islam? Bagaimana best practice pendidikan Islam masa lalu sesuai Alquran?” tanya Thobib dengan penuh semangat.
Lebih lanjut, Thobib menegaskan bahwa madrasah juga harus menjadi penopang utama dari upaya Kementerian Agama dalam mewujudkan integrasi ilmu di perguruan tinggi keagamaan Islam.
“Madrasah harus menjadi penopang utama program integrasi ilmu yang telah menjadi program sejak lama. Pelajaran umum perlu diinsersi dengan nilai-nilai Islam, agar pengetahuan anak didik lebih holistik. Misalnya, belajar biologi tentang penciptaan manusia perlu disentuh melalui pendekatan Alquran. Isu integrasi ilmu tidak boleh hanya bersifat elitis dalam diskusi akademis, tetapi harus dimulai dari pendidikan madrasah sejak Raudlatul Athfal,” ucapnya.
Thobib menambahkan, pendidikan di madrasah idealnya harus lebih mengembangkan unsur kognitif dan pembentukan karakter yang khas madrasah sebagai pembeda dari sekolah umum.
“Madrasah tidak seharusnya diarahkan seperti ingin menjadi sekolah. Biarkan sekolah mengembangkan tipologinya sendiri. Sementara madrasah memiliki pakem yang unik dan khas. Jangan terlalu bangga bila banyak alumni madrasah yang masuk PTN favorit. Bangga boleh karena itu bonus, namun yang lebih penting adalah bagaimana corak dari produk madrasah tercermin dari sikap dan perilaku akhlak mulia,” tambahnya.
Dalam khazanah Islam, praktik-praktik pendidikan Islam telah diajarkan dan dipraktikkan dalam masa lalu, dan madrasah perlu menggali lebih dalam untuk menyempurnakan praktik pendidikan di masa depan.
“Imam Al-Ghazali adalah salah satu tokoh yang memiliki pandangan tentang bagaimana pendidikan anak harus dilakukan secara paripurna. Menurutnya, implementasi nilai-nilai ‘asmaul husna’ dapat dipraktikkan di madrasah. Misalnya, bagaimana nilai ‘ar-rahman’ diinternalisasi dalam bentuk sikap dan perilaku keberagamaan alumni madrasah sebagai corak Moderasi Beragama,” tutupnya.
Hadir sebagai narasumber dalam FGD tersebut adalah Abdul Mujib, guru besar UIN Jakarta; Mukhlis Hanafi, pakar tafsir Alquran dari Pusat Studi Alquran (PSQ); dan Muhammad Ulinnuha, dosen Tafsir Alquran dari IIQ. Peserta yang hadir meliputi para pakar pendidikan Islam, kepala program studi PAI UIN Jakarta dan UIN Bandung, para kepala sekolah, dan guru-guru madrasah, baik yang hadir secara langsung maupun daring. (*)
Editor: Darmawan