ACEHSIANA.COM, Jakarta – Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) berupaya meningkatkan potensi kepemimpinan peserta didik vokasi demi memenuhi pemimpin yang dibutuhkan dunia usaha dan dunia industri (DUDI). Hal itu disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Nadiem Anwar Makarim pada Jumat (26/2) dalam sebuah kegiatan webinar di Jakarta.
Menurut Nadiem bahwa tujuan dari program penguatan pendidikan jenjang sarjana terapan (D4) adalah untuk memfasilitasi peserta didik agar tidak hanya terampil di bidang yang dipelajari, tetapi memiliki kemampuan untuk menjadi creator, innovator, manager, bahkan pemimpin yang dibutuhkan dunia usaha dan dunia industri (DUDI).
“Setelah mendapatkan pengetahuan dan keahlian technical di jenjang pendidikan D3, pendidikan sarjana terapan atau D4 sebagai jawaban atas kebutuhan industri akan melatih peserta didik, mengembangkan karakter adaptif, kreatif, dan cerdas,” ujar Nadiem.
Sementara itu, Direktur Jenderal Pendidikan Vokasi (Dirjen Diksi), Wikan Sakarinto, menguraikan kelebihan program sarjana terapan (D4). Diantaranya, tambah Wikan, berbekal kompetensi yang terdiri dari 60% praktek dan 40% teori, lulusan sarjana terapan diharapkan mampu menjawab kebutuhan-kebutuhan akan industri saat ini.
“Terdapat perbedaan antara D3 dengan sarjana terapan (D4). Sarjana terapan memiliki kelebihan di mana softskill yang akan didapatkan lebih banyak, hal ini dikarenakan sarjana terapan memiliki satu tahun magang di industri serta melakukan project based learning bersama dengan industri,” sebut Wikan.
Dikatakan Wikan bahwa selain dari program sarjana terapan, terdapat pula program SMK-D2 Fast Track. Program ini, lanjut Wikan, merupakan pernikahan antara SMK dengan Politeknik/Kampus Vokasi yang nantinya diberikan Dual System.
“Nantinya SMK ditambahi 3 semester magang, sistemnya nanti Dual System yaitu adalah mereka dapat kuliah sambil magang, sistem ini juga digunakan oleh Negara Jerman,” terang Wikan.
Wikan menekankan agar konsep link and match dapat semaksimal mungkin diterapkan pada jenjang sarjana terapan dan SMK-D2 fast track.
“Intinya link and match tidak hanya sekedar MoU saja, tetapi lebih banyak yang akan dilakukan seperti kurikulum bersama, sertifikasi, pengajarnya pun dari industri, dan magang juga menjadi hal yang penting,” pungkas Wikan. (*)
Editor: Darmawan