Leading News For Education For Aceh
IndeksRedaksi

Kacabdin Bireuen buka Pameran Rempah Guru Sejarah Bireuen

oplus_48

Acehsiana.comBireuen – Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Kabupaten Bireuen Abdul Hamid SPd MPd membuka Lokarya dan Pameran Rempah di lokasi SMAN 1 Simpang Mamplam. Kegiatan ini digagas oleh Kelompok Musyawarah Guru Mata Pelajan (MGMP) Sejarah SMA Kabupaten Bireuen pada Sabtu 24/8/2025.

oplus

 

Ketua MGMP Sejarah Malik Ridwan dalam laporannya kegiatan ini terlaksana berkat kekompakan guru guru Sejarah SMA yang bergabung dalam MGMP Sejarah. Tahun ini kami MGMP Sejarah bekerja sama dengan Balai Pelestarian keBudayaan wilayah 1 Provinsi Aceh mengusung Tema “internalisasi Budaya Rempah di Lingkungan Sekolah” .

Lebih lanjut Malik Ridwan menyampaikan, Julur rempah Aceh adalah istilah yang merujuk pada rute perdagangan rempah-rempah yang menghubungkan Aceh dengan berbagai wilayah lain di Nusantara dan dunia. Aceh, yang terletak di ujung barat Indonesia, merupakan salah satu pusat perdagangan rempah-rempah yang penting pada masa lampau.

Rempah-rempah seperti lada, pala, dan cengkeh dari wilayah Aceh menjadi komoditas yang sangat dicari oleh pedagang dari berbagai negara, termasuk India, Timur Tengah, hingga Eropa. Rute perdagangan ini melintasi samudra dan menghubungkan Aceh dengan berbagai pelabuhan penting lainnya, menjadikan Aceh sebagai salah satu pusat perdagangan utama di Asia Tenggara lapor Malik Ridwan berapi api di podium dengan gaya khasnya.

Abdul Hamid SPd MPd dalam sambutannya mengawali sambutannya, Karena letaknya yang strategis dan kekayaan sumber daya alamnya, Aceh memainkan peran kunci dalam jaringan perdagangan global, terutama pada masa Kesultanan Aceh yang berjaya pada abad ke-16 dan 17.

Pada abad 16, beberapa sultan Aceh yang memerintah adalah:
Sultan Ali Mughayat Syah
Sultan pertama Aceh yang memerintah dari 1514–1530. Ia dinobatkan pada 1496.
Sultan Salahuddin
Sultan kedua Aceh yang memerintah dari 1530–1537 atau 1539. Ia adalah anak tertua Sultan Ali Mughayat Syah.
Sultan Alaudin Riayat Syah al-Kahar
Sultan Aceh yang memerintah dari 1537–1568.
Sultan Saidil Mukamil
Sultan Aceh yang memerintah dari 1588–1604. Ia memprakarsai pembangunan wilayah barat Kerajaan Aceh Darussalam.
Sultan Iskandar Muda
Sultan Aceh yang memerintah dari 1607–1636. Ia menyatukan seluruh semenanjung tanah Melayu di bawah Kerajaan Aceh Darussalam. Ia juga membangun Gunongan untuk istrinya, Putri Kamaliah, dan menikahi Putri Pahang.

Wilayah bagian barat Kerajaan Aceh Darussalam mulai dibuka dan dibangun pada abad ke-16 atas prakarsa Sultan Saidil Mukamil (Sultan Aceh yang hidup antara tahun 1588-1604), kemudian dilanjutkan oleh Sultan Iskandar Muda (Sultan Aceh yang hidup tahun 1607-1636) dengan mendatangkan orang-orang Aceh Rayeuk dan Pidie.

Dari itu maka bangsa Eropa menjalin kerjasama dengan sultan Aceh bidang perdagangan khususnya rempah aceh jelas Hamid.

Hamid juga mengajak guru sejarah untuk terus menyampaikan sejarah Aceh kepada siswa siswi agar mereka tidak lupa sejarah. Alam Aceh sangat subur juga berada di persimpangan jalur internasional di jalur laut samudera Hindia dan selat Malaka. Guru sejarah juga jangan mengina bobok anak muda dengan sejarah yang gemilang tapi guru sejarah harus membangkitkan semangat anak muda untuk berjuang kemakmuran Aceh khususnya jalur rempah sebagai komoditi ekspor yang menjanjikan untuk Aceh tutup Hamid.