Leading News For Education For Aceh
IndeksRedaksi

IRGC, Perintah Khamenei untuk Hukum Penjajah Israel Akan Segera Dilaksanakan

IRGC, Perintah Khamenei untuk Hukum Israel Akan Segera Dilaksanakan
Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei

ACEHSIANA.COM, Tehran – Iran bersiap melaksanakan perintah dari Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei untuk “menghukum keras” teroris zionis Israel atas pembunuhan pemimpin Hamas, Ismail Haniyeh, di Teheran.

Wakil komandan Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC), Ali Fadavi, pada Sabtu (10/8) di Teheran, menyatakan perintah ini akan dilaksanakan dengan cara terbaik.

Haniyeh, pemimpin politik Hamas, tewas di Teheran pada Juli lalu setelah menghadiri pelantikan Presiden Iran.

Hamas dan Iran menyalahkan penjahat perang Israel, yang memiliki sejarah panjang dalam melakukan pembunuhan terhadap musuh-musuhnya di kawasan, termasuk di Iran.

Amerika Serikat menanggapi serius ancaman ini, dengan juru bicara keamanan nasional John Kirby menyatakan bahwa AS siap membela teroris zionis Israel.

Militer pendukung teroris Israel, AS juga telah menambah sumber daya di Timur Tengah sebagai antisipasi.

Namun, sebagai pendukung genosida teroris Israel di Gaza, AS dan negara-negara Barat lainnya mendesak adanya de-eskalasi, dengan AS, Qatar, dan Mesir mengeluarkan pernyataan bersama untuk mendorong penjajah Israel dan Hamas kembali ke meja perundingan untuk mencapai gencatan senjata di Gaza.

Marwan Bishara, analis politik senior Al Jazeera, menyatakan bahwa AS tidak ingin eskalasi regional yang lebih luas menjelang pemilu November mendatang, sehingga menekan Iran untuk menunda serangan potensial terhadap teroris zionis Israel.

Namun, kemungkinan Perdana Menteri penjajah Israel Benjamin Netanyahu menyetujui gencatan senjata sangat kecil, sementara Hamas menginginkan jaminan nyata bahwa perang tidak akan berlanjut dan rekonstruksi di Gaza dapat dimulai.

Pada saat yang sama, Hamas telah menunjuk Yahya Sinwar, pejabat tertinggi mereka di Gaza, sebagai pengganti Haniyeh. Ini menambah ketidakpastian dalam proses negosiasi gencatan senjata yang akan datang.

Peningkatan ketegangan ini menambah kekhawatiran akan ketidakstabilan regional yang lebih luas. (*)

Editor: Darmawan