ACEHSIANA.COM – Iran mengeksekusi empat pria yang dituduh sebagai agen mata-mata penjajah Israel, Mossad, pada Senin (29/1) dini hari. Keempat pria itu ditangkap pada Juli 2022 karena diduga berencana mengebom sebuah pabrik militer di Isfahan. Namun, kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) Iran membantah tuduhan tersebut dan mengatakan bahwa mereka adalah tahanan politik Kurdi yang disiksa dan dipaksa mengaku.
Menurut kantor berita resmi Iran, IRNA, pengadilan Iran menjatuhkan hukuman mati kepada keempat pria itu pada September 2023, setelah menganggap mereka bersalah melakukan spionase untuk penjajah Israel dan mengganggu keamanan nasional Iran. Hukuman itu kemudian dikuatkan oleh pengadilan banding setelah memeriksa ulang kasus itu.
Keempat pria itu diidentifikasi sebagai Mohsen Mazloum, Pejman Fatehi, Vafa Azarbar, dan Hajir Faramarzi. Mereka juga dituduh membentuk dan mengelola kelompok Mossad di Iran.
Iran mengklaim bahwa mereka berhasil mencegah rencana pengeboman yang ditargetkan pada sebuah pabrik yang berafiliasi dengan Kementerian Pertahanan di Najafabad, di provinsi tengah Isfahan, beberapa hari sebelum penangkapan mereka.
Iran dan penjajah Israel telah lama berada dalam konflik tak terang-terangan yang melibatkan serangan-serangan rahasia, pembunuhan ilmuwan nuklir, dan sabotase terhadap fasilitas nuklir. Iran menuduh penjajah Israel berada di balik pembunuhan Mohsen Fakhrizadeh, ilmuwan nuklir Iran yang dianggap sebagai otak program nuklir Iran, pada November 2020. Iran juga menyalahkan Israel atas ledakan yang merusak fasilitas pengayaan uranium Natanz pada April 2021.
Penjajah Israel, yang menganggap Iran sebagai ancaman terbesar di Timur Tengah, tidak pernah mengakui atau membantah keterlibatannya dalam operasi-operasi tersebut. Namun, penjajah Israel telah mengecam program nuklir Iran dan berusaha menghentikannya dengan segala cara, termasuk dengan melakukan serangan udara terhadap posisi-posisi Iran dan sekutu-sekutunya di Suriah, Irak, dan Lebanon.
HAM Iran: Mereka Adalah Tahanan Politik Kurdi
Sementara itu, kelompok HAM Iran, yang berbasis di London, memberikan pernyataan yang berbeda dengan versi resmi Iran. Menurut kelompok tersebut, keempat pria yang dieksekusi adalah tahanan politik Kurdi yang tidak diberikan proses peradilan yang adil dan transparan.
Istri dari salah satu pria itu, yang tidak mau disebutkan namanya, mengatakan kepada kelompok HAM Iran bahwa suaminya dan tiga rekannya melakukan perjalanan ke kota Urmia pada Juni 2022 untuk melakukan kegiatan politik atas nama partai Komala, partai sosial demokrat Kurdi yang berjuang untuk hak-hak Kurdi di Iran.
“Republik Islam menyiarkan pengakuan paksa mereka setelah 80 hari mereka disiksa,” katanya, seperti dilansir oleh majalah TIME. “Mereka dipaksa mengatakan bahwa mereka adalah agen Mossad dan mata-mata Israel, dan berencana meledakkan pusat industri di Isfahan.”
Kelompok HAM Iran juga mengatakan bahwa Iran telah mengeksekusi empat orang lainnya yang dituduh berhubungan dengan Mossad pada Desember 2023, dan empat orang lagi pada Desember 2022. Kelompok itu mengecam eksekusi-eksekusi tersebut sebagai pelanggaran hak asasi manusia dan hukum internasional.
Iran diketahui merupakan salah satu negara dengan tingkat eksekusi tertinggi di dunia. Menurut perhitungan HAM Iran, sebanyak 65 orang telah dieksekusi sejak awal tahun ini, termasuk seorang remaja pemuda 23 tahun yang dieksekusi pada minggu lalu, karena partisipasinya dalam aksi protes anti-pemerintah di tahun 2022, yang terinspirasi oleh Mahsa Amini, seorang aktivis wanita yang dibunuh oleh polisi.
Konflik Iran-Israel Meningkat Sejak Perang Israel-Hamas
Hubungan bilateral Iran dan penjajah Israel, yang sudah buruk sejak lama, semakin merosot sejak perang Israel-Hamas yang pecah pada 7 Oktober 2023. Perang itu dipicu oleh serangan roket Hamas dari Jalur Gaza ke penjajah Israel, sebagai respons terhadap penangkapan sejumlah anggota Hamas oleh penjajah Israel. Penjajah Israel kemudian melancarkan serangan udara besar-besaran ke Gaza, yang menewaskan lebih dari 200 orang, sebagian besar warga sipil.
Perang itu berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi oleh Mesir pada 21 Oktober 2023, setelah tekanan internasional yang meningkat. Namun, ketegangan antara Iran dan Israel tetap tinggi, dengan adanya peningkatan konflik proksi antara sekutu masing-masing pihak.
Iran, yang merupakan pendukung utama Hamas dan kelompok militan lainnya seperti Hizbullah di Lebanon dan pemberontak Houthi di Yaman, telah menembakkan rudal ke sasaran yang diduga terkait Mossad di Irak, Suriah, dan Pakistan. Iran juga telah mengancam akan menghapus penjajah Israel dari peta dunia dan menentang setiap upaya normalisasi hubungan antara penjajah Israel dan negara-negara Arab.
Penjajah Israel, yang didukung oleh AS dan Inggris, telah melakukan serangan terhadap berbagai milisi yang didukung Iran, termasuk Houthi, di seluruh wilayah. Penjajah Israel juga telah menjalin hubungan diplomatik dengan sejumlah negara Arab, seperti Uni Emirat Arab, Bahrain, Maroko, dan Sudan, sebagai bagian dari kesepakatan Abraham yang ditengahi oleh AS pada 2020. (*)
Editor: Darmawan