ACEHSIANA.COM, Banda Aceh – Ketua Ikatan Guru Indonesia (IGI) Wilayah Aceh, Drs Imran telah meninggal dunia pada Sabtu (31/8) di RSUDZA, Banda Aceh.
Berita duka ini bukan hanya menjadi kehilangan sosok pemimpin bagi IGI Aceh saja, tetapi juga bagi dunia pendidikan Aceh.
Demikian testimoni beberapa tokoh yang mengetahui dan bahkan pernah bersama Imran dalam memajukan pendidikan dan menggerakkan literasi di tanah rencong ini.
Penulis dan Direktur Maghza, M Iqbal Dawami dalam postingan di media sosialnya, menyebut Imran memberikan teladan bagi para pendidik dan juga keluarga. Imran berupaya menyiapkan generasi anak-anak muda Aceh menjadi generasi yang lebih baik.
“Masih teringat jelas ucapan beliau bahwa jika kita membantu anak orang lain dengan sungguh-sungguh hingga mereka sukses, maka anak kita juga akan sukses. Artinya jika kita mendidik para siswa dengan Ikhlas, secara tidak langsung anak kita sendiri juga akan sukses,” ujar Iqbal mengenang Imran.
Dikatakan Iqbal bahwa sebagai penggerak literasi, Imran juga telah menulis buku berjudul “Literacy Road to America” yang bercerita tentang perjalanan anak ketiganya mengikuti program pertukaran pelajar di Amerika Serikat.
“Buku ini sangat Istimewa karena ditulis oleh Imran bersama anaknya Intan Qanita, sebuah duet keren antara ayah dan anak. Buku ini merupakan karya Imran yang patut dibanggakan,” sebut Iqbal.
Kepala Bidang Pembinaan Guru dan Tenaga Kependidikan (Kabid GTK) Disdik Aceh, Muksalmina, menuliskan bahwa Imran merupakan tokoh pendidikan Aceh yang selalu memperjuangkan hak-hak para guru.
Salah sorang pendiri IGI, Satria Dharma, mengungkapkan bahwa Imran merupakan sahabat seperjuangannya dalam meningkatkan mutu pendidikan, terutama Aceh.
“Imran sangat gigih dan berani dalam menjalankan prinsip-prinsipnya. Seorang Aceh sejati,” ucap Satria.
Pendiri IGI lainnya, Ahmad Rizali yang juga penggagas Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Matematika (Gernas Tastaka) dalam orbituarinya menuliskan bahwa Imran merupakan ciri manusia Aceh yang cerdas, ulet, tangguh, tegar, taktis, dan sedikit pemberani apalagi jika melihat ketidakbenaran termasuk ngotot memperjuangkan yang dianggap benar.
“Imran menemani saya hingga ke Meulaboh dalam meningkatkan kompetensi guru. Imran merupakan “God Father” yang dihormati dan “ditakuti” di IGI Aceh. Sulit mencari pengganti sosok yang petarung sekaligus pelindung dan komandan ini,” imbuh Rizali.
Founder Satu Guru Satu Buku (Sagusaku IGI periode 2016-2021), Nurbadriyah, mengenang banyak cerita, begitu banyak pengalaman berharga, dan perjuangan Imran begitu nyata.
Kepala Cabang Dinas Pendidikan Wilayah Bireuen, Abdul Hamid SPd MPd, menyebut Imran sebagai tokoh literasi Aceh.
Sekretaris IGI Aceh, Fitriadi, menjelaskan bahwa Imran selalu gigih dalam menggerakkan literasi di Aceh. Imran bahkan pernah melakukan roadshow gerakan literasi hampir di seluruh Aceh dengan mengajak pakarnya, Satria Dharma.
“Rodshow itu dilakukan tanpa menggunakan anggaran pemerintah. Begitulah perjuangannya untuk membumikan literasi di Aceh,” tutur Fitriadi.
Fitriadi menambahkan bahwa Imran juga pernah melakukan roadshow penulisan buku bagi guru di Aceh. Hasilnya sudah ratusan judul buku berhasil ditulis oleh guru dan siswa di Aceh.
Selamat jalan Imran, tokoh pendidikan dan pegiat literasi yang tidak kenal lelah. (*)
Editor: Darmawan