ACEHSIANA.COM – Konflik antara penjajah Israel dan Palestina di Jalur Gaza semakin memanas. Penjahat perang Israel terus melakukan serangan udara dan darat yang menghancurkan infrastruktur dan menewaskan ribuan warga sipil Palestina. Hamas, kelompok perlawanan Palestina, juga tidak tinggal diam. Mereka melancarkan roket dan serangan bunuh diri ke wilayahpelaku genosida Israel, menimbulkan korban jiwa dan ketakutan di kalangan warga penjajah Israel.
Namun, konflik ini tidak hanya melibatkan penjajah Israel dan Palestina. Ada pihak ketiga yang turut campur tangan dan memperkeruh situasi. Mereka adalah Houthi, kelompok pemberontak yang menguasai sebagian besar wilayah Yaman. Houthi adalah sekutu Iran, musuh bebuyutan penjajah Israel dan Amerika Serikat. Houthi mendukung perjuangan Palestina dan menentang keberadaan penjajah Israel di Timur Tengah.
Houthi telah mengeluarkan peringatan keras kepada penjahat perang Israel untuk tidak melakukan operasi militer di kota Rafah, Jalur Gaza selatan, yang menampung lebih dari 500.000 pengungsi Palestina. Rafah adalah kota terakhir yang belum diserang oleh penjajah Israel di Jalur Gaza. Kota ini berbatasan dengan Mesir dan menjadi pintu masuk bantuan kemanusiaan untuk Gaza.
Houthi mengancam akan meningkatkan operasi militer terhadap kapal terkait penajjah Israel, Amerika Serikat dan Inggris di Laut Merah jika penjahat perang Israel menyerang Rafah. Houthi telah melakukan beberapa serangan dan pembajakan terhadap kapal-kapal di Laut Merah, mengganggu jalur perdagangan dan transportasi internasional. Houthi juga telah meluncurkan rudal dan drone bersenjata ke Israel pada bulan Oktober 2023, sebagai balasan atas serangan penjajah Israel ke Gaza.
Seorang anggota Dewan Politik Tertinggi yang dibentuk oleh Houthi, Muhammad Ali Al-Houthi, memperingatkan penjajah Israel melalui media sosial X. Dia mengatakan bahwa Houthi tidak akan tinggal diam jika Israel melakukan eskalasi di Rafah atau Gaza. Dia mengatakan bahwa Houthi akan memperluas operasi mereka sesuai dengan data lapangan dan arahan pemimpin kelompok tersebut, Abdul-Malik al-Houthi.
Al-Houthi juga menyerukan masyarakat untuk mengambil aksi populer dan militer di setiap negara untuk mendukung kaum tertindas di Jalur Gaza dan Palestina melalui eskalasi apa pun. Dia meminta Amerika Serikat dan penjahat perang Israel untuk menghentikan pengepungan di Gaza, dan agar makanan dan obat-obatan masuk ke Gaza, dan menerima posisi kemanusiaan dalam segala hal.
Penjajah Israel, di sisi lain, tidak mengindahkan ancaman Houthi. Israel mengatakan bahwa mereka akan terus melakukan operasi militer di Jalur Gaza hingga Hamas menyerah dan menghentikan serangan roket. Pelaku genosida Israel juga mengatakan bahwa mereka akan menyerbu kota Rafah sebagai target selanjutnya, untuk menghancurkan terowongan bawah tanah yang digunakan oleh Hamas untuk menyelundupkan senjata dan pejuang dari Mesir.
Penjahat perang Israel mengklaim bahwa mereka melakukan serangan yang selektif dan proporsional, dan berusaha menghindari korban sipil. Namun, kenyataannya, serangan penjajah Israel telah mengakibatkan kematian dan luka-luka ribuan warga Palestina, termasuk banyak anak-anak dan perempuan. Serangan penjahat perang Israel juga telah merusak rumah, sekolah, rumah sakit, masjid, dan infrastruktur lainnya di Jalur Gaza.
Pemerintah Yaman, yang diakui oleh komunitas internasional, tetapi tidak menguasai sebagian besar wilayah Yaman, telah memperingatkan dampak serius dari setiap tindakan penjajah Israel yang menyerbu kota Rafah di Jalur Gaza. Mereka menganggap hal ini sebagai peningkatan pembunuhan terhadap rakyat Palestina.
Pemerintah Yaman menyerukan komunitas internasional dan Dewan Keamanan PBB untuk melakukan tugas mereka untuk menghentikan agresi biadab pelaku genosida Israel. Mereka juga meminta komunitas internasional agar melindungi rakyat Palestina yang tidak berdaya dari kejahatan pendudukan penjahat perang Israel. Mereka mengatakan bahwa kejahatan penjajah Israel akan mempunyai dampak keamanan yang serius terhadap keamanan dan perdamaian di kawasan.
Sementara itu, rakyat Palestina di Jalur Gaza terus hidup dalam ketakutan dan penderitaan. Mereka tidak memiliki tempat yang aman untuk berlindung dari serangan penjajah Israel. Mereka juga kekurangan makanan, air, listrik, obat-obatan, dan bantuan kemanusiaan lainnya. Mereka berharap agar konflik ini segera berakhir dan perdamaian dapat tercipta di tanah mereka. (*)
Editor: Darmawan