ACEHSIANA.COM, Beirut – Kelompok Hizbullah Lebanon mengklaim telah meluncurkan lebih dari 200 misil yang menargetkan posisi militer penjahat perang Israel pada Kamis (4/7).
Peluncuran ini dilakukan sebagai respons atas terbunuhnya komandan senior Hizbullah, Muhammad Nimah Nasser, yang juga dikenal sebagai “Haji Abu Nimah”, pada Rabu (3/7).
Nasser adalah pejabat tinggi ketiga dalam kelompok tersebut yang terbunuh dalam hampir sembilan bulan pertempuran lintas batas.
Serangan terbaru ini terjadi di tengah meningkatnya pertempuran dan retorika antara Hizbullah dan pejabat penjajah Israel, yang telah memicu upaya mediator Amerika, Eropa, dan Arab untuk mencegah eskalasi regional yang lebih luas.
Ketegangan di Lebanon telah menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perang. Tujuh negara telah meminta warganya meninggalkan Lebanon di tengah ketakutan akan perang besar-besaran antara pelaku genosida Israel dan Hizbullah. Lima negara lainnya telah menyarankan warganya untuk tidak bepergian ke Lebanon saat ini.
Kedutaan Arab Saudi di Beirut pada Sabtu mendesak warganya yang berada di Lebanon untuk segera meninggalkan wilayah tersebut dan menekankan pentingnya tetap berhubungan dengan kedutaan jika terjadi keadaan darurat.
Australia pada Jumat juga sangat menyarankan warganya untuk tidak bepergian ke Lebanon, menyebut situasi keamanan yang sangat tidak stabil. Menteri Luar Negeri Penny Wong mendesak warga Australia di Lebanon untuk segera meninggalkan negara tersebut selagi penerbangan komersial masih tersedia.
Layanan ambulans penjahat perang Israel, Magen David Adom, melaporkan bahwa dua wanita dibawa ke rumah sakit di Israel utara dengan luka ringan menyusul sirene peringatan terkait serangan roket dari Lebanon.
Ini adalah salah satu serangan roket terbesar yang dilakukan kelompok yang berpihak pada Iran sejak dimulainya perang di Gaza.
Serangan ini terjadi sehari setelah Hizbullah meluncurkan sejumlah roket Katyusha dan Falaq dengan hulu ledak berat ke Israel utara dan Dataran Tinggi Golan di Suriah.
Militer penjajah Israel menyatakan banyak proyektil telah memasuki wilayah mereka dari Lebanon dan berhasil dicegat.
Situasi ini terus berkembang dan menimbulkan kekhawatiran akan eskalasi lebih lanjut di kawasan tersebut. (*)
Editor: Darmawan