Menu
Leading News For Education For Aceh

Generasi Tani Mandiri, Pangan Lestari (Refleksi HUT 58 FP USK)

  • Bagikan
Generasi Tani Mandiri, Pangan Lestari

Oleh: Dr Muhammad Yasar STP MSc

Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala yang didirikan 58 tahun yang lalu tepatnya 16 November 1964 hanyalah salah satu dari sekian banyak institusi pendidikan yang bergerak secara spesifik untuk memajukan sektor pertanian melalui penyiapan dan penguatan sumber daya manusia di bidangnya.

Dalam kiprah yang dipandu dengan Tri Darma Perguruan Tingginya, tentu kehadiran kampus hijau dari jantong hatee rakyat Aceh ini telah memberi banyak kontribusi baik secara akademik, hasil riset maupun pengabdian kerja nyata dalam membangun kemajuan di sektor paling urgen bagi keberlangsungan kehidupan dan penghidupan di muka bumi ini.

Hampir tidak ada bantahan jika sektor pertanian adalah denyut nadi yang menentukan hidup matinya sebuah bangsa. Untuk itu pulalah pentingnya perhatian penuh diarahkan bagi terciptanya ketahanan, kemandirian hingga kedaulatan pangan yang menjadi tupoksi utama sektor ini. Sebagai daerah dan bangsa yang agraris perlu merestart kembali mindset keagrarisannya.

Istilah agraris merupakan label yang diperuntukkan bagi daerah atau bangsa yang mayoritas masyarakatnya menggantungkan hidup di sektor pertanian dimana profesi sebagai petani menjadi jati dirinya. Pertanian, perkebunan dan peternakan diusahakan lewat dukungan ketersediaan tanah atau lahan yang memadai.

Tidak perlu diragukan jika daerah dan bangsa ini memiliki luas lahan dengan kualitas yang sangat mendukung baik dari segi kesuburan tanah hingga kesesuaian iklim sebagai kawasan pertanian. Dalam lagu lawas disebut tongkat kayu bisa jadi tanaman, demikianlah penggambarannya. Daerah tropis, subur, dan kaya akan biodiversitas. Hal ini pulalah yang menjadi daya tarik di masa lampau bagi negara kolonial untuk menguasai tanah endatu ini.

Namun jika direfleksikan semenjak zaman terjajah hingga merdeka sekarang ini, posisi daerah dan bangsa ini di bidang pertanian masih saja terkesan biasa-biasa saja. Bahkan hingga saat ini atau bisa jadi hingga beberapa waktu ke depan, sektor ini masih akan terus dituding sebagai sarang kemiskinan di negara ini. Bagaimana tidak, nasib kaum tani masih saja seksi dijadikan bahan jualan dan bualan politik tanpa posisi tawar yang jelas.

Nasib petani masih bergantung mekanisme pasar yang sering tanpa kompromi antara modal produksi dengan harga jual hasil panennya, sementara untuk terjun dalam medan hilirisasi produk masih minim penguasaan kapital baik dari segi sumberdaya keuangan maupun ilmu pengetahuan dan teknologi serta inovasinya.

Untuk mengarah kesana terlebih dahulu daerah dan bangsa ini perlu memperbaharui atau merestart kembali mindsetnya sebagai daerah atau bangsa agraris. Dibutuhkan keyakinanan untuk membusungkan dada sebagai petani. Kesadaran akan maha pentingnya peran petani dalam menopang sendi kehidupan bangsa harus menjadikannya memperoleh tempat terhormat di negeri ini. Generasi tani mandiri, pangan lestari, semoga…!

Penulis adalah Dosen Teknik Pertanian USK dan Ketua MPW Pemuda ICMI Aceh

  • Bagikan
"zone name","placement name","placement id","code (direct link)" direct-link-575147,DirectLink_1,17796333,https://earlierindians.com/j9hc8f2u?key=0215f31837d1d1f6258a99206aaefbf3 direct-link-575147,DirectLink_2,19132374,https://earlierindians.com/n0znctu1?key=472816a51fea2a2e83dc52e72f60df5a