Leading News For Education For Aceh
IndeksRedaksi

Dukung Genosida dan Penjahat Perang Israel, AS Veto Resolusi PBB

Resolusi PBB Desak Gencatan Senjata di Gaza, AS Abstain dalam Pemungutan Suara

ACEHSIANA.COM, Washington, D.C. – Amerika Serikat menunjukkan dukunagn terhadap genosida yang dilakukan penjahat perang Israel di Gaza. Amerika Serikat telah menggunakan hak vetonya untuk menolak resolusi Dewan Keamanan PBB yang mendesak gencatan senjata di Gaza. Hal ini tentu bertentangan dengan konstitusi Amerika Serikat yang justru mengkriminalisasi genosida. Keputusan ini segera memicu gelombang kritik internasional, dengan tuduhan bahwa langkah tersebut dapat memperburuk situasi kemanusiaan yang sudah parah.

Sebelum penggunaan veto pada Selasa (20/2), AS telah mengusulkan alternatif resolusi yang juga menyerukan gencatan senjata, namun tanpa penekanan pada implementasi yang segera. Resolusi yang diblokir, yang diajukan oleh Aljazair, menuntut gencatan senjata kemanusiaan yang segera berlaku dan dihormati oleh semua pihak yang terlibat.

Tindakan AS di Dewan Keamanan telah mendapat respons negatif dari Palestina, yang telah mengalami serangan berkelanjutan dari Israel sejak 7 Oktober 2023. Serangan tersebut telah mengakibatkan kehilangan nyawa hampir 30 ribu warga sipil.

Riyad Mansour, perwakilan Palestina untuk PBB, mengecam veto AS sebagai “benar-benar berbahaya dan ceroboh,” menurut sumber dari Reuters.

Dalam menanggapi kritik, Duta Besar AS untuk PBB, Linda Thomas-Greenfield, menyatakan bahwa pemungutan suara terkait resolusi tersebut merupakan tindakan yang tidak bertanggung jawab dan hanya berupa angan-angan.

“Kami tidak dapat mendukung resolusi yang membahayakan perundingan sensitif,” ujar Thomas-Greenfield, merujuk pada negosiasi yang sedang berlangsung untuk pelepasan sandera Israel yang ditahan oleh Hamas.

Di sisi lain, Hamas menilai veto AS sebagai lampu hijau bagi Israel untuk melanjutkan tindakan militer di Gaza, yang dikhawatirkan akan menambah jumlah korban.

Keputusan AS ini menimbulkan pertanyaan tentang masa depan diplomasi internasional dan upaya perdamaian di kawasan, sekaligus menyoroti kompleksitas politik yang terus berputar di sekitar konflik Israel-Palestina. (*)

Editor: Darmawan