ACEHSIANA.COM, Bali – Komisi X DPR RI mendorong Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) untuk segera melakukan diversifikasi dan penguatan kompetensi lulusan vokasi. Dorongan tersebut disampaikan Ketua Komisi X DPR, Dede Yusuf Macan Efendi, dalam reses di SMKN 5 Denpasar, Bali pada Selasa (21/12).
Menurut Dede Yusuf, hal itu sebagai bentuk antisipasi terhadap kebutuhan industri, dunia usaha, dan dunia kerja (IDUKA) yang makin beragam. Selain itu, kata Dede Yusuf serta bentuk adaptasi atas situasi dunia yang tidak terduga seperti pandemi Covid-19.
“Saya titip dua hal, yaitu diversifikasi dan (penguatan kompetensi lulusan),” ujar Dede Yusuf.
Dikatakan Dede Yusuf bahwa diversifikasi merupakan penganekaan usaha untuk menghindari ketergantungan pada ketunggalan kegiatan, produk, jasa, atau investasi. Bali dan beberapa wilayah lain, lanjut Dede Yusuf, yang pendapatan daerahnya sebagian besar mengandalkan sektor pariwisata, tergolong terlambat melakukan diversifikasi tersebut.
“Sehingga ketika pandemi, ingin mengubah ke sektor industri lainnya, telat,” sebut Ded Yusuf.
Ded Yusuf memaparkan bahwa Bali merupakan wilayah yang menonjol di sektor pariwisata. Tercatat, tutur Dede Yusuf, dari 187 SMK negeri dan swasta yang ada di Bali, 80 persennya memiliki jurusan pariwisata.
“Sektor pendidikan yang mempertimbangkan keunggulan daerah ini, sudah relevan. Namun, untuk memperkuat eksistensi lulusannya, satuan pendidikan vokasi harus terus menyeimbangkan strategi dengan perkembangan zaman. Terlebih saat ini, status Indonesia dan dunia yang masih berjuang memulihkan perekonomian,” tutur Dede Yusuf.
“Kebijakan pemerintah tentang SMK salah satu hasilnya (output) yang dinilai adalah kompetensi lulusan. Saya yakin, di sini lulusan pariwisata akan lebih terserap karena spesifik sesuai dengan IDUKA,” lanjut Dede Yusuf.
Dede Yusuf menyebutkaan bahwa Komisi X DPR RI mendorong Kemendikbudristek melalui program SMK Pusat Keunggulan untuk terus menggali dan mengembangkan pembelajaran. Dengan demikian, ungkap Dede Yusuf, diharapkan lulusan SMK memiliki keunggulan lain yang spesifik.
“Kami mendukung SMK Pusat Keunggulan termasuk dari anggaran untuk ini kita sepakat ditambah. Kami juga meminta Kemendikbudristek untuk terus meningkatkan kompetensi lulusan yang terkait dengan budaya layanan,” terang Dede Yusuf.
Dede Yusuf berpesan agar lulusan SMK tidak hanya mengejar upah minimin regional (UMR) saja. Sebab, tutup Dede Yusuf, yang utama, hasil dari SMK adalah lulusan yang kompeten.
“Jangan merasa cukup jadi buruh dengan UMR yang sudah tinggi. Lulusan SMK harus terus membangun jejaring (networking), penguatan karakter (entrepreneurship), IT, serta kompetensi lain sesuai peradaban zaman. Jika ingin menjadi seniman, jadilah seniman Bali yang berkarakter dan mendunia. Belajar dan bekerjalah untuk menjadi SDM yang unggul di 2045,” tutup Dede Yusuf.
Kepala SMKN 5, I Made Buda Astika menuturkan bahwa sekolah yang ia pimpin terdiri dari jurusan perhotelan, usaha layanan wisata, kuliner, dan seni pertunjukan. Terdapat 2.135 siswa yang belajar di SMK yang telah berdiri sejak tahun 1934 itu. Lulusan dari SMK ini sebagian besar langsung berwirausaha, bekerja di industri dan dunia kerja. Sisanya melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.
“Kami memiliki enam kelas industri, di mana siswa dan guru belajar secara total di industri agar budaya kerja industri melekat dalam diri siswa kita,” sebut Made dalam laporannya. (*)
Editor: Darmawan