Diliris Dari kisah nyata
Karya Maulida, S.Pd.Gr
Apa kabarmu Tuan
Bagaimana proses ijab kabulmu
Apakah berlangsung saklar?
Meskipun tidak demikian yang ku harapkan!
Tentunya kau tau tanpa aku harus meluruskan
Masih ingatkah
Pada ku?
gadis yang kau campakan menjelang pernikahan kita.
Aku disini masih menumpang sepi
Menyulam kesendirian dari hari ke hari bersama trauma yang kau tancapkan sampai ke ulu hati
Masih ingatkah kau
Di Pantai Mantak Tari
Kita mengukir ekspektasi
Membangun rumah masa depan ketika ikatan ijab kabul selesai
Aahh miris….
Tinggal sebatas reruntuhan kata berpuing kecewa ber pondasi luka
Tau kah kau Tuan?
Gadis yang kau campakan ini
Berjuang mati Matian menyemangati diri sendiri agar musnah dari depresi
Gadis malang ini Tuan…
Mati Matian berusaha
Membangun kepercayaan yang telah kau rampas dengan kejam!
Aku ditendang oleh kenyataan
Di permalukan oleh waktu
Yang kadang itu sungguh tidak adil bagiku
Jalan dendam terbentang nyata dengan ratapan kesal memenuhi penjuru aksara
Kini hanya pekikan diri bersama kebencian
Menyeruak bait bait sakit hati
Yang belum bisa diterima oleh naluri
Jika kelak di pesimpangan kita berpapasan
Ingin ku sorot tatapan kebencian
Ingin ku cengal agar kau tumbang
Bahkan dalam doa-doa ku kau ingin ku jadikan korban.
Dendam ini menjalar hebat
Entah semesta yang curang atau mungkin takdir ku yang malang.