Leading News For Education For Aceh
IndeksRedaksi

Boikot Merek AS di Timur Tengah Picu Kerugian Besar

Boikot Merek AS di Timur Tengah Picu Kerugian Besar
Logo McDonald

ACEHSIANA.COM, Jakarta – Sejumlah merek asal Amerika Serikat, seperti Starbucks, McDonald, dan Coca-cola, mengalami kerugian besar akibat boikot besar-besaran yang dilakukan oleh konsumen di Timur Tengah. Boikot ini dipicu oleh kemarahan terhadap AS dan Eropa yang dianggap tidak berbuat banyak untuk menghentikan serangan penjajah Israel di Gaza.

Boikot ini telah berlangsung sejak perang Israel-Hamas dimulai pada 7 Oktober 2023. Banyak pembeli di wilayah Timur Tengah dan negara-negara Muslim lainnya menghindari merek-merek besar asing dan beralih ke produk lokal.

Salah satu contohnya adalah Nayera Ahmed, seorang mahasiswa komunikasi di Kairo, yang telah berhenti membeli produk atau mendatangi Starbucks sejak perang meletus. Ia mengatakan bahwa ia dan teman-temannya tidak ingin mendukung perusahaan-perusahaan Barat yang dianggap bersekutu dengan penjajah Israel.

“Saya dan teman-teman, dulunya selalu pergi ke Starbucks, sekarang sayang sekali jika kami tak terlihat di salah satunya. Setidaknya hanya itu yang bisa kami lakukan. Mengapa saya membeli dari perusahaan-perusahaan Barat ini?” kata Ahmed dilansir Bloomberg, Ahad (28/1).

Akibat boikot ini, banyak kedai Starbucks dan McDonald’s yang biasanya ramai dikunjungi pelanggan kini sepi. Hal ini membuat produsen merek soda lokal Mesir meningkat penjualannya tiga kali lipat sejak perang dimulai karena konsumen menghindari Coca-Cola dan Pepsi.

Boikot ini juga berdampak terhadap saham dan pendapatan perusahaan-perusahaan waralaba AS di Timur Tengah. Chief Executive Officer McDonald’s Corp. Chris Kempczinski menyampaikan, perusahaannya merasakan dampak besar pendapatan di Timur Tengah karena penyebaran informasi yang salah tentang perusahaannya.

Sementara itu, saham Americana Restaurants International Plc – operator waralaba Timur Tengah untuk KFC, Pizza Hut, Krispy Kreme dan Hardee’s – turun sebanyak 27 persen di bursa saham Saudi dalam beberapa bulan setelah perang Gaza. Beberapa analis juga memperkirakan akan terus terjadi penurunan keuntungan dari boikot.

Boikot ini merupakan reaksi balik yang mencerminkan era baru manajemen krisis bagi merek-merek konsumen terbesar di dunia – dan khususnya merek-merek AS. Meski perusahaan telah mengeluarkan pernyataan publik untuk menekankan netralitas dukungan mereka terhadap Gaza, namun gerakan ini terus meningkat dalam tiga bulan sejak perang dimulai, dengan seruan boikot yang masih menyebar.

Boikot ini juga menunjukkan solidaritas dan simpati masyarakat Timur Tengah dan negara-negara Muslim terhadap warga Palestina yang menjadi korban serangan penjajah Israel di Gaza. Sejak perang dimulai, lebih dari 2.000 warga Palestina tewas, termasuk lebih dari 500 anak-anak, dan lebih dari 10.000 terluka. Sementara itu, penjajah Israel melaporkan 67 tentara dan enam warga sipil tewas. (*)

Editor: Darmawan