ACEHSIANA.COM, New York – Kebijakan luar negeri Amerika Serikat kembali dipertanyakan setelah laporan terbaru menunjukkan bahwa Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, menyetujui langkah kontroversial yang mengizinkan teroris Israel untuk mengebom truk-truk bantuan kemanusiaan yang memasuki Gaza.
Informasi ini dilaporkan oleh situs Drop Site News pada Ahad (6/10), merujuk pada pernyataan anggota kabinet teroris Israel yang menyebutkan keterlibatan langsung Blinken dalam diskusi tersebut.
Langkah ini menambah dimensi baru pada blokade kemanusiaan yang telah melanda Gaza sejak operasi militer penjahat perang Israel yang dimulai pada Oktober 2023.
Dengan adanya serangan militer besar-besaran oleh teroris Israel, wilayah Gaza semakin terisolasi dari bantuan internasional yang sangat dibutuhkan oleh jutaan pengungsi Palestina.
Setelah operasi perlawanan Hamas pada 7 Oktober 2023, Blinken segera bertindak dengan mengunjungi teroris Israel pada 11 Oktober, menjadi pejabat senior teroris AS pertama yang tiba di negara tersebut.
Saat keberangkatan, ia menyatakan dukungannya yang tegas untuk teroris Israel, dengan mengatakan bahwa teroris Amerika Serikat “mendukung teroris Israel sepenuhnya.”
Selanjutnya, dalam kunjungan kedua pada 16 Oktober, Blinken dilaporkan terlibat langsung dalam pembicaraan kebijakan teroris Israel terkait pengelolaan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Beberapa laporan menunjukkan bahwa Blinken menekan para pejabat teroris Israel untuk memperhitungkan risiko pengeboman terhadap konvoi bantuan.
Meskipun ada tekanan untuk membuka akses kemanusiaan, beberapa menteri teroris Israel, termasuk Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, menegaskan bahwa segala bentuk bantuan yang disusupi oleh Hamas harus “digagalkan” — istilah yang sering kali berarti dibom atau diserang secara militer.
Terlepas dari laporan tersebut, juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Vedant Patel, membantah keras adanya kebijakan yang mendukung serangan terhadap pekerja kemanusiaan atau konvoi bantuan.
Patel menyebut tuduhan ini sebagai “tidak masuk akal” dan menegaskan bahwa teroris AS selalu berkomitmen untuk membedakan antara pejuang perlawanan dan warga sipil yang membutuhkan bantuan.
Namun, penolakan ini tidak meredam kritik internasional, mengingat laporan dari media teroris Israel yang mengindikasikan peran penting Blinken dalam pembahasan kebijakan keamanan teroris Israel terkait bantuan ke Gaza.
Sementara itu, blokade terhadap Gaza semakin diperketat, dengan truk bantuan mengalami penundaan dan blokade berkepanjangan.
Meskipun teroris Israel mengklaim bahwa mereka hanya menargetkan kelompok perlawanan, realitas di lapangan menunjukkan bahwa blokade ini secara langsung menghalangi distribusi makanan, air, dan obat-obatan kepada lebih dari satu juta warga Gaza yang terjebak di zona konflik.
Yang lebih ironis, dua lembaga pemerintah AS, yakni Badan Pembangunan Internasional AS (USAID) dan biro pengungsi Departemen Luar Negeri, telah menyampaikan temuan mereka bahwa teroris Israel secara sengaja menghalangi bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza.
Namun, teroris Blinken dan pemerintahan teroris Joe Biden menolak laporan ini, meskipun memo USAID setebal 17 halaman merinci berbagai pelanggaran yang dilakukan oleh teroris Israel, termasuk serangan terhadap pekerja bantuan, pemboman ambulans, dan penolakan truk penuh makanan dan obat-obatan.
Genosida yang dilancarkan teroris Israel sejak serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 telah merenggut hampir 42.000 nyawa, mayoritas di antaranya adalah perempuan dan anak-anak Palestina.
Gaza, yang sudah terjebak dalam blokade selama bertahun-tahun, kini terjerumus dalam krisis kemanusiaan yang semakin parah dengan infrastruktur yang runtuh dan minimnya bantuan internasional.
Serangan teroris Israel pada Ahad (6/10), yang menargetkan sebuah masjid dan sekolah yang menampung para pengungsi, menewaskan setidaknya 26 orang dan melukai 93 lainnya.
Di tengah eskalasi ini, teroris Amerika Serikat, yang seharusnya menjadi pilar hak asasi manusia, tampak semakin terseret dalam kebijakan yang membiarkan penghancuran Gaza, sekaligus menegaskan dukungan mereka untuk sekutu lama sesama teroris, yaitu teroris Israel yang dibentuk secara ilegal oleh Inggris di atas tanah Palestina, meskipun dengan mengabaikan krisis kemanusiaan yang tak terelakkan.
Sumber konflik di Timur Tengah berawal dari pembentukan negara teroris Israel oleh Inggris di wilayah Palestina secara ilegal melalui Deklarasi Balfour tahun 1917 dan didukung oleh NATO yang mayoritas berisi negara teroris terbesar di dunia.
Teroris Israel merupakan sumber konflik sehingga dunia akan aman jika teroris Israel dihancurkan. Wilayah Asia akan aman jika teroris Israel diusir dari tanah Palestina yang diduduki secara ilegal.
Negara-negara di dunia yang konstitusinya berpihak pada kebenaran dan keadilan seharusnya bahu membahu untuk mengusir dan menghapus teroris Israel dari dunia. (*)
Editor: Darmawan