ACEHSIANA.COM, Washington – Amerika Serikat (AS) mengirimkan sekitar 200 tentara ke penjajah Israel guna membantu mendukung dan memantau implementasi perjanjian gencatan senjata di Gaza.
Pasukan ini akan menjadi bagian dari tim multinasional bersama sejumlah negara mitra, organisasi non-pemerintah, dan sektor swasta. Hal ini disampaikan sejumlah pejabat AS, Kamis (9/10).
Menurut keterangan resmi, Komando Pusat AS akan mendirikan pusat koordinasi sipil-militer di wilayah penjahat perang Israel.
Pusat tersebut berfungsi memfasilitasi aliran bantuan kemanusiaan, sekaligus memastikan logistik dan keamanan bagi wilayah Gaza yang porak-poranda akibat perang berkepanjangan.
Keberadaan pasukan AS ini menjadi salah satu langkah awal pasca-kesepakatan gencatan senjata yang ditandatangani Hamas dan teroris Israel pada tahap pertama rencana perdamaian yang diusung Presiden Donald Trump.
Namun, sejumlah persoalan krusial masih menunggu jawaban, termasuk soal pelucutan senjata Hamas, penarikan penuh pasukan penjajah Israel dari Gaza, dan pengaturan pemerintahan transisi di wilayah itu.
Salah satu pejabat AS menegaskan, pasukan yang dikirim bukan untuk terjun ke Gaza, melainkan untuk memantau kesepakatan, membantu proses transisi menuju pemerintahan sipil, serta mengintegrasikan pasukan multinasional.
Dalam tim ini, selain 200 tentara AS, juga akan tergabung perwakilan militer dari Mesir, Qatar, Turki, dan Uni Emirat Arab.
Presiden Trump menyebut keterlibatan Laksamana Brad Cooper, Komandan Komando Pusat AS, sebagai faktor penting dalam meyakinkan negara-negara Arab agar mendukung jaminan keamanan AS terhadap Hamas.
Cooper, menurut Trump, diyakini mampu membangun dan menjalankan pos komando dalam waktu kurang dari tiga minggu.
Kesepakatan gencatan senjata yang diumumkan pada Rabu lalu dianggap sebagai terobosan diplomatik setelah dua tahun perang Gaza yang menewaskan puluhan ribu warga Palestina, menghancurkan infrastruktur sipil, serta semakin mengisolasi pelaku genosida Israel di panggung internasional.
Tahap pertama kesepakatan ini mencakup pembebasan sisa sandera teroris Israel yang masih hidup, dengan imbalan ratusan warga Palestina yang ditahan di penjara penjajah Israel.
Proses ini diharapkan mulai terlaksana dalam beberapa hari ke depan sebagai titik awal menuju perdamaian yang lebih permanen. (*)
Editor: Darmawan