ACEHSIANA.COM, Jakarta – Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto, secara resmi mengumumkan pengunduran dirinya dari jabatan sebagai pemimpin partai.
Pengumuman tersebut disampaikan Airlangga melalui siaran pers dalam bentuk video yang diterima oleh sejumlah wartawan di Jakarta pada Ahad (11/8).
Airlangga menyatakan bahwa pengunduran dirinya telah resmi berlaku sejak Sabtu (10/8). Dalam pernyataannya, ia menyebutkan bahwa keputusan tersebut diambil untuk menjaga keutuhan Partai Golkar serta memastikan stabilitas selama transisi pemerintahan yang akan berlangsung dalam waktu dekat.
“Setelah mempertimbangkan dengan seksama dan untuk menjaga keutuhan Partai Golkar dalam rangka memastikan stabilitas transisi pemerintahan yang akan terjadi dalam waktu dekat, maka dengan mengucapkan bismillahirrahmanirrahim, serta atas petunjuk Tuhan Yang Maha Besar, maka dengan ini saya menyatakan mengundurkan diri sebagai Ketua Umum Partai Golkar,” ungkap Airlangga dalam siaran pers tersebut.
Airlangga Hartarto telah memimpin Partai Golkar sejak tahun 2017. Pada Musyawarah Nasional (Munas) 2019, ia terpilih kembali sebagai Ketua Umum dan dijadwalkan untuk memimpin hingga Desember 2024 mendatang.
Namun, dalam beberapa bulan terakhir, muncul desakan dari internal partai agar segera dilaksanakan Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) untuk melakukan regenerasi kepemimpinan.
Kabar tentang pengunduran diri Airlangga sudah beredar di kalangan wartawan sejak Ahad pagi, 11 Agustus 2024. Pesan berantai yang menyebar cepat di grup WhatsApp wartawan memuat informasi mengenai mundurnya Airlangga, meskipun tidak terverifikasi siapa pengirim pertama pesan tersebut.
“Izin lapor Tum, AH mundur dari Ketum PG dan akan disampaikan dalam rapat Pleno PG hari Selasa sore, 13 Agustus 2024 sekaligus menentukan jadwal Munas di bulan Agustus 2024,” demikian bunyi laporan yang beredar di kalangan wartawan.
Sejak era reformasi, Partai Golkar telah dipimpin oleh berbagai tokoh penting. Pada periode 1998-2004, partai ini berada di bawah komando Akbar Tandjung, yang kemudian dilanjutkan oleh Jusuf Kalla untuk periode 2004–2009.
Aburizal Bakrie memimpin Golkar pada 2009–2014, diikuti oleh periode dualisme antara Aburizal Bakrie dan Agung Laksono pada 2014-2016. Dari 2016 hingga 2017, Golkar dipimpin oleh Setya Novanto, sebelum akhirnya Airlangga Hartarto mengambil alih kepemimpinan hingga saat ini.
Dari seluruh Ketua Umum Partai Golkar sejak era reformasi, Airlangga menjadi yang pertama mengundurkan diri di tengah jalan.
Sebelumnya, Setya Novanto juga terpaksa turun dari jabatannya sebagai Ketua Umum, namun hal tersebut disebabkan oleh kasus korupsi yang menjeratnya.
Dengan pengunduran diri Airlangga, Partai Golkar kini dihadapkan pada tantangan untuk segera menentukan pemimpin baru dan menjaga soliditas partai dalam menghadapi dinamika politik nasional yang terus berkembang. (*)
Editor: Darmawan