Leading News For Education For AGENTOTOPLAY Aceh
IndeksRedaksi

Azwar Anas, Guru Sukma Bangsa yang Menyulut Inovasi Digital Lewat Assemblr EDU

Azwar Anas, Guru Sukma Bangsa yang Menyulut Inovasi Digital Lewat Assemblr EDU

ACEHSIANA.COM, Lhokseumawe – Di tengah derasnya arus digitalisasi pendidikan, Azwar Anas berdiri sebagai salah satu figur guru inspiratif dari Aceh yang berhasil menunjukkan bahwa teknologi bisa menjadi pintu masuk menuju pembelajaran yang lebih kreatif, interaktif, dan bermakna.

Guru di Sekolah Sukma Bangsa (SSB) Lhokseumawe ini sudah hampir sepuluh tahun mengabdikan diri, dengan semangat yang sama sejak awal: bagaimana membuat siswanya belajar dengan gembira.

Sebagai seorang pendidik, Azwar percaya bahwa kelas bukan hanya ruang untuk mentransfer ilmu, tetapi juga wadah untuk membentuk karakter dan imajinasi anak.

Saat banyak guru masih berkutat dengan metode tradisional, ia justru berani melangkah lebih jauh dengan membawa Assemblr EDU, sebuah aplikasi berbasis Augmented Reality (AR), ke dalam pembelajaran.

Melalui teknologi ini, siswa bisa melihat konsep abstrak yang biasanya sulit dipahami secara langsung hadir dalam bentuk visual 3D.

“Guru yang mampu beradaptasi dengan teknologi akan membuka jendela baru bagi siswa untuk belajar lebih menyenangkan dan bermakna,” ujar Azwar yang juga pengurus Ikatan Guru Indoensia (IGI) Kota Lhokseumawe itu pada suatu ketika.

Azwar bukan hanya menggunakan Assemblr EDU di kelasnya. Sebagai Assemblr Certified Trainer, ia aktif berbagi pengalaman dan keterampilannya dalam berbagai forum pelatihan guru, baik di tingkat daerah maupun nasional.

Melalui sesi daring maupun luring, ia mengajak para pendidik untuk berani bereksperimen dengan AR dalam proses belajar mengajar.

Pesan yang ia bawa sederhana tapi kuat: guru tidak boleh takut terhadap teknologi. Justru teknologi harus dipeluk dan digunakan untuk memperkuat kreativitas dan kolaborasi siswa.

Dengan cara ini, pembelajaran bukan sekadar soal menghafal materi, tetapi menciptakan pengalaman yang meninggalkan kesan mendalam bagi peserta didik.

Perjalanan Azwar dalam dunia pendidikan digital tidak instan. Ia menempuhnya dengan proses panjang: belajar, mencoba, gagal, lalu bangkit kembali.

Ketekunannya membuatnya dikenal luas di kalangan guru sebagai sosok yang rendah hati namun penuh gagasan segar.

Selain menjadi fasilitator pelatihan, ia juga aktif menulis artikel, berbagi praktik baik melalui media sosial, serta terlibat dalam berbagai komunitas pendidikan. Dari sana, banyak guru muda terinspirasi untuk mencoba hal serupa di sekolah masing-masing.

“Bagi saya, berbagi adalah bentuk tanggung jawab. Ilmu yang tidak dibagikan hanya akan berhenti di kita. Tapi kalau kita mau berbagi, ia akan tumbuh menjadi manfaat lebih besar,” ucapnya dengan penuh keyakinan.

Bagi Azwar, penggunaan teknologi dalam pendidikan bukan semata-mata soal kecanggihan. Ia lebih menekankan bagaimana teknologi dapat menghadirkan nilai kemanusiaan: memperkuat empati, kolaborasi, dan rasa ingin tahu siswa.

Di kelasnya, AR bukan hanya alat, tetapi jembatan untuk membuat peserta didik merasa dihargai, diperhatikan, dan didukung dalam proses belajarnya.

Karena itu, ia kerap menyebut Assemblr EDU bukan sekadar aplikasi, melainkan gerakan moral untuk menciptakan suasana belajar yang penuh imajinasi dan makna.

Filosofi ini ia wujudkan melalui sikapnya sehari-hari—selalu membuka ruang diskusi, mendengarkan aspirasi siswa, dan menanamkan rasa percaya diri pada mereka.

Di era di mana dunia pendidikan dituntut untuk semakin adaptif terhadap perubahan, kiprah Azwar Anas menjadi contoh nyata bahwa transformasi bisa dimulai dari satu ruang kelas kecil di Aceh. Dedikasi dan keberaniannya menjadikan ia sosok penting dalam gerakan pendidikan digital Indonesia.

Ia bukan hanya guru bagi muridnya, tapi juga inspirasi bagi banyak pendidik lain. Dengan semangat berbagi dan komitmen yang kuat, Azwar telah membuktikan bahwa pendidikan bukan soal seberapa besar fasilitas yang kita miliki, tetapi seberapa jauh niat kita untuk menghadirkan pembelajaran yang bermakna.

“Cerdas bukan hanya tentang nilai tinggi, tapi juga tentang keberanian untuk bermimpi dan berinovasi,” kata Azwar, menutup salah satu sesi pelatihannya.

Kini, melalui langkah kecil yang ia bangun di sekolahnya, Azwar Anas tengah menyalakan api perubahan. Dari Aceh, ia mengirim pesan kepada seluruh guru di Indonesia bahwa pembelajaran digital adalah kesempatan, bukan ancaman. Dan seorang guru, sekecil apapun kontribusinya, dapat menjadi cahaya bagi masa depan bangsa. (*)

Editor: Darmawan